Selain Untuk Pelestarian Warisan Dunia, Bibit Juga Untuk Mengajak Perempuan Kembangkan Agroforestri

Upaya KPPL Maju Bersama Desa Pal VIII, Rejang Lebong untuk membangun kebun pembibitan terus dimatangkan. Selain untuk berpartisipasi dalam upaya pelestarian TNKS/Warisan Dunia, KPPL Maju Bersama juga berencana memanfaatkan bibit yang akan dihasilkan untuk mengajak perempuan mengembangkan kebun kopi berpola agroforestri (kebun campur) dan memanfaatkan lahan di sekitar rumah.

“Ada rencana, KPPL Maju Bersama akan membuat bibit untuk disalurkan oleh pemerintah desa kepada ibu-ibu supaya ditanam di kebun atau lahan di sekitar rumah. Pertemuan hari ini untuk membahas apakah ibu-ibu mendukung rencana tersebut atau tidak. Bila mendukung, KPPL Maju Bersama perlu mengetahui tumbuhan apa saja yang dianggap oleh ibu-ibu tepat untuk ditanam,” kata Ketua KPPL Maju Bersama, Rita Wati membuka pertemuan pada Selasa (5/6/18) di Balai Desa Pal VIII. Pertemuan dilakukan dengan mengundang perwakilan perempuan desa dan aparatur pemerintah desa.

Koordinator Bidang Perempuan LivE yang juga aktivitis Walhi Bengkulu, Pitri Wulansari memulai diskusi.

Koordinator Bidang Perempuan LivE yang juga aktivitis Walhi Bengkulu, Pitri Wulansari yang memfastiliasi diskusi mengawali aktivitas dengan mengajak peserta membentuk tiga kelompok untuk membandingkan kebun berpola sejenis (monokultur) dan agroforestri sebagai bahan untuk membuat keputusan: mendukung atau menolak rencana tersebut. Dari hasil kerja kelompok, kebun kopi berpola agroforestri dinilai memiliki kelebihan antara lain: buah kopi lebih banyak, tanah tidak mudah gersang atau lebih subur, suhu di kebun tidak terlalu panas, saat panen kopi terlindung dari sinar matahari, dan bermacam-macam pendapatan.

Peserta membandingkan kebun kopi berpola monokultur dan agroforestri

Mempertimbangan sejumlah kelebihan kebun berpola agroforestri, peserta memutuskan untuk mendukung rencana KPPL Maju Bersama. “Saya sangat setuju dan mendukung rencana pengembangan kebun kopi berpola agroforestri,” kata Kepala Dusun II Desa Pal VIII, Farida. Lalu, untuk memperkaya pengetahuan bersama, peserta diajak mendiskusikan kelebihan lain dari pola agroforestri dari aspek ekologi dan ekonomi, termasuk bisa mengurangi risiko kerugian total akibat perubahan cuaca dan iklim, serangan hama dan penyakit, inefisiensi pasar, penurunan kesuburan tanah dan terganggunya kesehatan pemilik/pengelola kebun.

Peserta membandingkan kebun kopi berpola monokultur dan agroforestri

Diskusi kemudian dilanjutkan untuk menentukan prioritas tumbuhan yang akan ditanam. Setiap kelompok diminta untuk menuliskan setidaknya 10 jenis tumbuhan yang dianggap tepat untuk mengembangkan kebun kopi berpola agroforestri dan memanfaatkan lahan di sekitar rumah. Setelah dikumpulkan, tercatat 21 jenis tumbuhan, yakni: Aren, Pinang, Nangka, Pisang, Alpukat, Sengon, Johar, Kelapa, Petai, Srikaya, Durian, Jeruk, Mangga, Manggis, Jambu Air, Nenas, Petai Cina, Pepaya, Afrika, Kabau dan Jengkol.

Anggota KPPL Maju Bersama, Nunung membantu pengkajian jenis tumbuhan yang dikaitkan dengan peran perempuan dan relasi perempuan-tumbuhan.

Terhadap 21 jenis tumbuhan, peserta diminta untuk mengkajinya dengan mengkaitkannya dengan peran perempuan dan relasi perempuan – tumbuhan dengan menempelkan stiker warna. Hasil pengkajian diketahui sebanyak 5 jenis tumbuhan mendapat 7 stiker warna, yakni Jengkol, Kabau, Nangka, Pisang dan Nenas, dan 2 jenis tumbuhan mendapatkan 6 stiker warna, yakni Alpukat dan Pepaya. Terhadap hasil pengkajian, peserta menyepakati 7 jenis tumbuhan tersebut menjadi prioritas untuk dibibitkan oleh KPPL Maju Bersama.

Hasil kajian jenis tumbuhan dikaitkan dengan peran perempuan dan relasi perempuan-tumbuhan.

“Setelah lebaran, KPPL Maju Bersama akan mengundang dosen dari Universitas Bengkulu untuk mengajarkan cara membuat bibit yang bagus atau berkualitas. Bukan hanya untuk anggota KPPL Maju Bersama, siapa pun yang ingin belajar membuat bibit, boleh ikut. Kita beruntung bertemu dengan dosen yang mau mengajarkan secara gratis, termasuk mau membantu untuk menjual ke depot-depot bibit di Kota Bengkulu, bila bibit yang dihasilkan juga ingin dijual,” kata Rita Wati sebelum menutup pertemuan.

 

Ketua KPPL Maju Bersama Rita Wati memperlihatkan pupuk organik yang dibuat secara manual dan swadaya untuk media pembibitan.

Ketua Dewan Pengawas KPPL Maju Bersama yang juga Kepala Desa Pal VIII Prisnawati mengatakan, sangat mendukung rencana KPPL Maju Bersama mengajak perempuan mengembangkan agroforestri dan memanfaatkan lahan di sekitar rumah. “Memang, rencana awal KPPL Maju Bersama membuat kebun pembibitan adalah untuk ditanam di TNKS. Namun karena permohonan untuk bekerjasama (Kemitraan Konservasi) masih diproses, maka belum bisa direalisasikan. Sambil menunggu permohonan disetujui, bibit akan disalurkan kepada masyarakat supaya bisa ditanam di kebun atau lahan di sekitar rumah,” kata Prisnawati.

Ketua KPPL Maju Bersama Rita Wati memperlihatkan pupuk organik yang dibuat secara manual dan swadaya untuk media pembibitan yang telah dimasukan dalam polibek.

Related Posts

Mengenal Kopi Semang, Kopi Dengan Harga “Launching” Rp 500 Ribu per Kg

“500 ribu rupiah,” ujar Barista KM Nol Café, Herry Supandi secara lugas menyebutkan harga perkenalan yang pantas untuk setiap kilogram roasted bean kopi semang yang diluncurkan oleh…

Perempuan Petani Kopi Ajukan Ranperdes untuk Hadapi Perubahan Iklim

Inisiatif perempuan petani kopi di Desa Batu Ampar dan Desa Pungguk Meranti menyusun dan mengajukan Ranperdes tersebut bukan tidak beralasan. Mereka telah merasakan secara nyata berbagai dampak dari perubahan iklim, dan mengkhawatirkan dampaknya akan semakin memburuk pada masa mendatang.

Gubernur Bengkulu akan Usulkan Areal Kawasan Hutan Khusus untuk Kelompok Perempuan

Gubernur Bengkulu Dr. H. Rohidin Mersyah akan mengusulkan areal kawasan hutan untuk dikelola secara khusus oleh kelompok perempuan ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

29 Kelompok Perempuan Pengelola Hutan dan Usaha HHBK akan Berdialog dengan Gubernur Bengkulu

Sebanyak 29 kelompok perempuan pengelola hutan dan usaha hasil hutan bukan kayu (HHBK) akan menyampaikan aspirasi melalui kegiatan dialog dengan para pemangku kebijakan, yakni Balai Besar Taman…

Ketika 11 Kelompok Perempuan Pengelola Hutan Berlatih Pemetaan Partisipatif Berbasis Teknologi Solutif

“Misi berhasil…,” teriak Feni yang langsung disambut dengan teriakan anggota Tim 1 lainnya, “Yes…, yes…, yes…” Teriakan tersebut merupakan luapan kegembiraan Tim 1 karena telah berhasil menyelesaikan…

Gubernur Bengkulu Harapkan Jumlah Kelompok Perempuan Pengelola Hutan Bisa Bertambah

Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah mengharapkan jumlah kelompok perempuan pengelola hutan yang berhasil mendapatkan legalitas bisa bertambah. Rohidin menyampaikan harapan tersebut setelah membaca buku Membangun Jalan Perubahan: Kumpulan…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *