Feni Oktaviana dan Nurlela Wati: Menulis Otobiografi untuk Memperjuangkan Hak-Hak Perempuan

Buku Membangun Jalan Perubahan: Kumpulan Otobiografi Perempuan Pelestari Hutan Larangan masih dalam proses pencetakan. Kendati demikian, berbagai pihak sudah memberikan apresiasi. Seperti yang dilakukan oleh Pupuk Surabaya dan Gender Focal Point yang memfasilitasi Temu Nasional Perempuan dan Generasi Muda Perhutanan Sosial pada 15 – 16 Maret 2023 di Jakarta, dengan dukungan The Asia Foundation dan Ford Foundation.

Pada kegiatan yang diselenggarakan untuk merayakan International Women’s Day 2023 itu, dua dari 20 orang penulis buku tersebut, yakni Feni Oktaviana dan Nurlela Wati diberi kesempatan untuk membagikan pengalamannya. Tak hanya itu, Feni Oktaviana dan Nurlela Wati juga diminta untuk mendorong 36 orang women champion dari Provinsi Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Papua Barat yang hadir pada kegiatan tersebut untuk menulis otobiografi.

Berikut petikan pertanyaan moderator dan jawaban Feni Oktaviana dan Nurlela Wati pada sesi Berbagi Pengalaman Menulis Otobiografi saat pembukaan Temu Nasional Perempuan dan Generasi Muda Perhutanan Sosial pada Selasa (14 Maret 2023) malam.

Moderator: Mengapa mau menulis?

Feni Oktaviana dan Nurlela Wati:

Selama ini, di pikiran kebanyakan perempuan bahwa menulis itu susah, dan menulis otobiografi adalah ranah laki-laki, atau orang yang memiliki gelar, jabatan dan dikatakan sukses. Dengan menulis buku kumpulan otobiografi ini, kami ingin membuktikan bahwa perempuan desa juga berhak untuk menulis otobiografi, dan bisa menulis otobiografi.

Kami menulis otobiografi karena ingin menyuarakan perjalanan hidup, pengetahuan tentang hutan, pengalaman dan upaya memperjuangkan hak-hak perempuan. Dari tulisan ini, kami berharap pembaca bisa menarik pembelajaran dan terinspirasi.

Sebagai bentuk promosi, yang mana para penulis buku ini merupakan perwakilan lima kelompok perempuan yang bersepakat untuk sama mendirikan Koperasi Perempuan Pelestari Hutan. Melalui Koperasi Perempuan Pelestari Hutan, kami ingin mengubah anggapan dan cara berpikir orang terhadap koperasi. Bahwa koperasi didirikan tidak hanya semata mencari keuntungan, tetapi juga bisa sembari memperbaiki, menjaga dan melestarikan hutan atau lingkungan hidup serta memberdayakan perempuan, dan koperasi juga bisa menjadi wadah bagi perempuan untuk memperjuangkan hak-hak perempuan.

Moderator: Apa yang ditonjolkan dalam tulisan?

Feni Oktaviana dan Nurlela Wati:

Latar belakang para penulis seperti asal, suku, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, keluarga dan aktivitas sosial. Dengan membaca buku ini, para pembaca akan mengetahui bahwa latar belakang para penulisnya sangatlah beragam.

Pengetahuan dan pengalaman penulis terkait hutan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) seperti hutan TNKS adalah hutan terlarang atau larangan dan menyeramkan, konflik yang dialami penulis dan TNKS, dan perjuangan hak-hak perempuan terkait hutan, terutama hak untuk mengelola hutan TNKS dan memanfaatkan hasil hutan bukan kayu di hutan TNKS, serta merintis usaha dari pemanfaatan dan pengolahan hasil hutan bukan kayu. Para pembaca juga bisa mengetahui bagaimana ketakutan dan traumatik yang dialami perempuan terkait TNKS yang dipulihkan oleh perempuan itu sendiri, dan upaya yang dilakukan untuk memperjuangkan hak-hak perempuan terkait hutan dengan membentuk kelompok.

Perjalanan dan upaya bersama lima kelompok perempuan yang diwakili oleh para penulis untuk mendirikan Koperasi Perempuan Pelestari Hutan sebagai wadah perempuan untuk memperjuangkan hak-hak perempuan terkait hutan, dan usaha perempuan untuk meningkatkan kesejateraan perempuan, memberdayakan perempuan dan memperbaiki, menjaga dan melestarikan hutan atau lingkungan hidup untuk mengatasi ancaman krisis pangan dan krisis iklim.

Moderator: Apa pesan yang ingin disampaikan kepada women champion?

Feni Oktaviana dan Nurlela Wati:

Kita, perempuan harus percaya kepada diri kita sendiri bahwa kita bisa dan pasti mampu untuk menulis otobiografi. Kita, perempuan juga harus menyadari bahwa menulis otobiografi adalah sangat penting. Dengan menulis otobiografi, kita bisa berbagi cerita atau kisah perjalanan hidup, pengetahuan, pengalaman, dan juga bisa menyuarakan perjuangan yang dilakukan.

Pada buku Membangun Jalan Perubahan: Kumpulan Otobiografi Perempuan Pelestari Hutan Larangan, para pembaca bisa mengetahui perjuangan perempuan yang sebelumnya bukan pengelola hutan TNKS dan yang sebelumnya adalah penggarap hutan TNKS yang disebut illegal untuk memperoleh legalitas hak mengelola hutan TNKS dan memanfaatkan hasil hutan bukan kayu di hutan TNKS, serta merintis usaha dari pemanfaatan dan pengolahan hasil hutan bukan kayu.

Moderator: Apa yang dibutuhkan untuk menulis?

Feni Oktaviana dan Nurlela Wati:

Kemauan dan tekad bahwa perempuan bisa dan mampu menulis, serta kesediaan untuk menyediakan waktu untuk menulis.

Moderator: Bagaimana proses, sehingga bisa menulis?

Feni Oktaviana dan Nurlela Wati:

Pertama, kami mendapatkan kesempatan belajar untuk mendapatkan pengetahuan tentang menulis. Lalu, kami menyediakan waktu untuk menulis. Misal di kebun atau rumah, pada siang, sore atau malam hari. Kami menulisnya secara bertahap. Satu atau dua paragraf, lalu istirahat atau mengerjakan pekerjaan yang lain, lalu menulis lagi satu atau dua paragraf, istirahat atau mengerjakan pekerjaan lain, dan seterusnya. Selain itu, kami juga saling mengajak teman yang menulis untuk menulis bersama. Selain untuk saling memotivasi, menulis bersama juga untuk saling mengingat pengetahuan, peristiwa atau pengalaman yang dimiliki.

Moderator: Apa pesan untuk perempuan, khususnya para women champion?

Feni Oktaviana dan Nurlela Wati:

Kami mengajak para women champion untuk menuliskan perjalanan hidup, pengetahuan, pengalaman dan perjuangannya, dan kami tunggu buku-buku otobiografi dari para women champion.

KMSPico

Related Posts

Sekolah Adat Tunggu Tubang, Jalan Pulang Generasi Muda Adat Semende

Komunitas Adat Muara Dua, Semende Ulu Nasal di Kabupaten Kaur meresmikan sekolah adat pada Sabtu (18/10/25). Sekolah yang dibangun secara bergotong-royong dengan konstruksi kayu beratap kayu Sirap…

Bupati Kepahiang Ingin Kebun Kopi Tangguh Iklim Menyerbak

“Ini yang saya cari,” ujar Bupati Kepahiang H. Zurdi Nata, S.IP dalam diskusi bersama perwakilan Koalisi Perempuan Petani Kopi Desa Kopi Tangguh Iklim (Koppi Sakti) Bengkulu di…

Perempuan Petani Kopi dari 20 Desa Surati Bupati Minta Fasilitasi Bangun Kebun Kopi Tangguh Iklim

Sebanyak 40 orang perempuan petani kopi dari 20 desa di Kabupaten Kepahiang dan Kabupaten Rejang Lebong menandatangani surat permintaan kepada bupati agar memfasilitasi para perempuan petani kopi…

Perempuan Besemah Padang Guci: Pelestarian Aren Penting untuk Adat dan Tradisi

“Bubugh (bubur). Wajib ada saat jamuan adat perkawinan di adat kami, orang Besemah Padang Guci. Tidak bisa tidak ada,” kata Endang Putriani (36), perempuan Besemah Padang Guci…

Senyum Bahagia Perempuan Petani Kopi Merasakan Perubahan dari Membangun Kebun Kopi Tangguh Iklim

Senyuman yang mengekpresikan rasa bahagia nyaris tidak pernah lepas dari wajah anggota Koalisi Perempuan Petani Kopi Desa Kopi Tangguh Iklim (Koppi Sakti) Desa Tebat Tenong Luar, Rejang…

Perempuan Petani Kopi Panen Pupuk Organik dari Lubang Angin di Kebun Kopi Tangguh Iklim

“Yang dipanen baru 30 lubang,” kata Heni, Pengawas Koalisi Perempuan Petani Kopi Desa Kopi Tangguh Iklim (Koppi Sakti) Desa Mojorejo, Rejang Lebong sembari menghidangkan nasi, sambal cabai…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *