Tengkiang, Penjaga Ketahanan Pangan Suku Serawai yang Hilang

Suku Serawai Bengkulu mengenal nama Tengkiang, Ladung atau Belubur. Ia berupa bangunan yang menjadi tempat menabung padi hasil panen. Bangunan inilah yang menjadi pintu penjaga ketersediaan pangan. Masih adakah bangunan ini? Simak ulasan yang pernah diangkat dalam kompas.com berikut.

LivE Knowledge – Tengkiang, Ladung, atau Belubur pada masyarakat suku Serawai, Kabupaten Seluma, dan Bengkulu Selatan di Provinsi Bengkulu diartikan sebagai lumbung tempat penyimpanan padi.

Dahulu, semakin besar bangunan tengkiang menandakan semakin sejahtera-lah petani desa.

Kala itu, satu rumah petani memiliki satu atau dua tengkiang berukuran 2×4 meter atau 2×2 meter. Tengkiang terbuat papan atau bambu yang dibelah dan beratapkan daun atau seng.

Tengkiang bagi masyarakat suku Serawai tidak hanya sebagai tempat menyimpan padi untuk makanan pokok, tetapi juga memiliki nilai spiritual,” kata Nahadin seorang petani di Kabupaten Seluma seperti dilansir kompas.com.

Karena itu, dulu masyarakat suku Serawai tidak menghabiskan padi dalam tengkiang untuk dikonsumsi. Sebagian diantaranya disisihkan untuk bibit.

petani padi sawah
Petani mencabut bibit padi yang akan ditanam di sawahnya di Persawahan Aroepala Gowa, Sulawesi Selatan, Selasa (21/3/2017)/ANTARA FOTO/Yusran Uccang

Mengapa menghilang?
Namun demikian, kini, keberadaan tengkiang menghilang. Pondok yang menjadi penjaga ketersediaan pangan itu pun kini sudah begitu sulit ditemui.

Lalu apa penyebab hilangnya tengkiang di masyarakat Suku Serawai?

Memudarnya tradisi menabung padi itu, menurut Nahadin, ditengarai oleh beberapa faktor. Seperti, bergantinya profesi petani padi dengan kebun sawit. Akibat ini, jumlah petani pun berkurang, sehingga banyak dari mereka memilih untuk menyimpan hasil panennya di rumah atau pun langsung diolah menjadi beras.

Banyaknya petani yang beralih profesi ini, dikuatkan dari data yang dimiliki oleh Badan Ketahanan Pangan (BKP) Provinsi Bengkulu. Setidaknya hingga tahun 2016, terdapat 63.800 hektare sawah menghilang atau beralih fungsi. “Satu rumah tangga petani hilang setiap satu menit,” tambah Staf Khusus Utama Kepala Kantor Staf Kepresidenan Noer Fauzi Rahman.

Dan, faktor berikutnya, adalah merebaknya kasus sengketa lahan. “Ada banyak petani yang tanahnya digusur oleh perusahaan perkebunan, kelapa sawit, dan pertambangan,” kata Nahadin.

 

* Tulisan ini dikurasi ulang dari artikel kompas.com: Robohnya Tengkiang dan Hilangnya Daulat Tanah untuk Petani

* Punya tulisan menarik dan inspiratif soal lingkungan, kearifan lokal atau sosial budaya? Kirimkan ke alamat redaksi Live Indonesia ID di liveknowledge@hotmail.com

Related Posts

Dukung Perjuangan Koppi Sakti Kepahiang, DPRD Kepahiang Ajak Lakukan Pertemuan Lanjutan

DPRD Kepahiang menyatakan dukungannya terhadap perjuangan Koalisi Perempuan Petani Kopi Desa Kopi Tangguh Iklim (Koppi Sakti) Kepahiang. Oleh karena itu, DPRD Kepahiang mengajak agar Koppi Sakti Kepahiang…

ranperdes

Sejarah Baru, Ranperdes yang Disusun Perempuan Petani Kopi untuk Atasi Perubahan Iklim Ditetapkan

Sejarah baru telah tercipta di Desa Batu Ampar, Kepahiang pada Rabu, 11 Desember 2024. Setelah melalui pembahasan secara seksama dalam Musyawarah Desa Pembahasan dan Penetapan Rancangan Peraturan…

Koppi Sakti Desa Pungguk Meranti Juga Mulai Terapkan Kembali Pola Polikultur di 68,22 Ha Kebun Kopi

Koalisi Perempuan Petani Kopi Desa Kopi Tangguh Iklim (Koppi Sakti) Desa Pungguk Meranti juga terus melanjutkan upaya untuk menerapkan kembali sejumlah kearifan/praktik lokal dalam pengelolaan kebun kopi…

Koppi Sakti Desa Tebat Tenong Luar Buat Lubang Angin di 61,72 Ha Kebun Kopi

Koalisi Perempuan Petani Kopi Desa Kopi Tangguh Iklim (Koppi Sakti) Desa Tebat Tenong Luar juga telah mengajukan Rancangan Peraturan Desa (Ranperdes) Tentang Desa Kopi Tangguh Iklim kepada…

Koppi Sakti Desa Batu Ampar Juga Mulai Terapkan Kembali Pola Polikultur di 50,77 Ha Kebun Kopi

Upaya Koalisi Perempuan Petani Kopi Desa Kopi Tangguh Iklim (Koppi Sakti) Desa Batu Ampar menerapkan kembali sejumlah kearifan/praktik lokal dalam pengelolaan kebun kopi yang selaras dengan aksi…

Koppi Sakti Desa Mojorejo Buat Lubang Angin di 50,84 Ha Kebun Kopi

Koalisi Perempuan Petani Kopi Desa Kopi Tangguh Iklim (Koppi Sakti) Desa Mojorejo telah mengajukan Rancangan Peraturan Desa (Ranperdes) Tentang Desa Kopi Tangguh Iklim kepada Pemerintah Desa Mojorejo….

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *