Koppi Sakti Desa Pungguk Meranti Buat Lubang Angin di 68,22 Ha Kebun Kopi

Sebanyak 58 anggota Koalisi Perempuan Petani Kopi Desa Kopi Tangguh Iklim (Koppi Sakti) Desa Pungguk Meranti, Kepahiang juga mulai menerapkan kembali salah satu kearifan/praktik lokal dalam pengelolaan kebun kopi yang selaras dengan aksi adaptasi perubahan iklim, yakni membuat lubang angin (mini rorak).

Dengan dukungan dari The Canada Fund for Local Initiatives (CFLI) – Kedutaan Kanada untuk Indonesia dan Timor Leste, mereka membuat setidaknya 150 unit untuk setiap hektare dengan ukuran minimal 30 cm x 30 cm x 30 cm untuk setiap unit di 68,22 hektare kebun kopi. Dalam membuatnya, mereka dibantu oleh keluarga.

Anggota Koppi Sakti Desa Pungguk Meranti, Ririn Agustari membuat lubang angin di kebunnya.

“Ibarat mulut, untuk memberi minum dan makanan kepada tanaman,” kata Ketua Koppi Sakti Desa Pungguk Meranti, Ema Susana menjelaskan arti penting lubang angin di kebun kopi. Ema mengatakannya di sela-sela pertemuan Koppi Sakti Desa Pungguk Meranti pada Jumat (20/9/24). “Tanaman perlu air dan makanan yang cukup. Jika kekurangan, bisa sakit, tidak produktif, dan bahkan bisa mati,” ujar Ema.

Anggota Koppi Sakti Desa Pungguk Meranti, Ririn Agustari mengatakan, lubang angin dibuat untuk memerangkap air hujan agar bisa diserap dengan baik oleh tanah. Semakin sering dan banyak air hujan yang terperangkap di lubang angin diharapkan akan semakin memperbanyak jumlah air di dalam tanah.

“Supaya lahan tidak gersang bila sedang tidak hujan atau musim kemarau,” kata Ririn saat mengecek lubang angin pada Selasa (17/9/24). Ririn mengecek bersama Sekretaris Koppi Sakti Desa Pungguk Meranti, Indrayati dan Anggota Koppi Sakti Desa Pungguk Meranti, Desmi Jelita Hayani, Ida Lela Yati, Nita Susila Heni, Eka Susanti, Ririn Agustari, Ice Trisnawati serta para suami mereka.

Lubang angin juga dibuat untuk memerangkap sampah rerumputan, dan dedaunan serta rerantingan pohon kopi dan pohon lainnya yang terbawa oleh air hujan, sambung Eka. Sampah organik tersebut juga diharapkan akan menjadi pupuk untuk pohon kopi dan tanaman lainnya. “Secara alami, diharapkan kebutuhan makanan untuk pohon kopi dan tanaman lainnya bisa tercukupi,” kata Eka.

Indrayati menambahkan, pembuatan lubang angin juga dilakukan sebagai persiapan kegiatan penanaman bibit pepohonan, yang juga mendapatkan dukungan dari CFLI – Kedutaan Kanada untuk Indonesia dan Timor Leste. Untuk setiap hektare kebun kopi akan ditanam sedikitnya 50 batang bibit. Penanaman bibit pepohonan tersebut akan dilakukan pada November 2024.

Bibit pepohonan yang akan ditanam antara lain durian, alpukat, nangka, jengkol dan kabau yang dibuat oleh Koppi Sakti Desa Pungguk Meranti pada Agustus 2024, dan bibit durian, alpukat dan nangka unggul bersertifikat untuk menjadi pohon indukan enteres. “Semakin banyak air hujan yang diserap oleh tanah, semakin bagus untuk pertumbuhan bibit pepohonan yang ditanam,” kata Indrayati.

Terpisah, Bendahara Koppi Sakti Desa Pungguk Meranti Mardalena mengatakan, pembuatan lubang angin sebenarnya sudah dipraktikan oleh para tetua dan orang tua mereka dalam mengelola kebun kopi. Hanya saja, jumlah lubang angin yang dibuat relatif sangat sedikit, dan terkesan dibuat sebagai tempat pembuangan sampah rerumputan, dan dedaunan dan ranting pohon kopi dan pohon lainnya.

Anggota Koppi Sakti Desa Pungguk Meranti Desmi Jelita Hayani membuat lubang angin di kebunnya.

“Pembuatan lubang angin ditinggalkan karena dianggap hanya tempat pembuangan sampah. Baru belakangan ini kami memahami manfaatnya bagi kebun dan tanaman di kebun,” kata Mardalena saat mengecek lubang angin pada Kamis (19/9/24). Mardalena mengecek bersama suaminya dan pemuda Desa Pungguk Meranti, Susanto.

Inisiatif anggota Koppi Sakti Desa Pungguk Meranti membuat lubang angin di kebun kopi, menurut Anggota Koppi Sakti Desa Pungguk Meranti lainnya, Rita Susanti, mendapat dukungan penuh dari keluarga. Bahkan, tidak sedikit dari suami mereka membuatnya jadi lebih banyak dari 50 unit untuk setiap hektare, dan lebih besar dari 30cm x 30cm x 30 cm.

“Semakin banyak dan besar, diharapkan semakin besar manfaatnya,” kata Rita saat mengecek lubang angin pada Rabu(18/9/24). Rita mengecek bersama suaminya, dan Anggota Koppi Sakti Desa Pungguk Meranti, Asnawati, Pawan (suami anggota Koppi Sakti Desa Pungguk, Dewi Susanti), serta Deko (anak anggota Koppi Sakti Desa Pungguk Meranti, Lusi Prima Dewi).

Anggota Koppi Sakti Desa Pungguk Meranti, Rita Susanti membuat lubang angin di kebunnya.

Kebun Kopi Tangguh Iklim

Pada 6 Maret 2024, perempuan petani kopi di Desa Pungguk Meranti telah mengajukan Rancangan Peraturan Desa (Ranperdes) tentang Desa Kopi Tangguh Iklim ke Pemerintah Desa. Melalui Ranperdes, mereka ingin merevitalisasi sejumlah kearifan/praktik lokal dalam pengelolaan kebun kopi yang selaras dengan aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim untuk membangun kebun kopi tangguh iklim.

Berbagai kearifan/praktik lokal tersebut antara lain menerapkan pola polikultur dengan menanam pepohonan penghasil buah seperti nangka, alpukat, durian, jengkol, petai, kabau atau lainnya dan menanam sayur dan rempah, membuat lubang angin, dan membuat bak penampungan air hujan.

Lalu, tidak membakar sampah rerumputan, dedaunan dan rerantingan pohon kopi dan pohon lainnya, memanfaatkan rerumputan, dedaunan dan rerantingan pohon kopi dan pohon lainnya menjadi mulsa dan pupuk organik. Khusus mengenai lubang angin, jumlah minimal lubang angin yang dibuat adalah 256 unit untuk setiap hektare. (**)

Related Posts

Koppi Sakti Desa Batu Ampar Buat Lubang Angin di 50,77 Ha Kebun Kopi

Koalisi Perempuan Petani Kopi Desa Kopi Tangguh Iklim (Koppi Sakti) Desa Batu Ampar, Kabupaten Kepahiang mulai menerapkan kembali salah satu kearifan lokal dalam pengelolaan kebun kopi yang…

Dua Desa di Rejang Lebong Siap Menjadi Desa Kopi Tangguh Iklim

Dua desa di Kabupaten Rejang Lebong, yakni Desa Tebat Tenong Luar, Kecamatan Bermani Ulu Raya, dan Desa Mojorejo, Kecamatan Selupu Rejang siap menjadi Desa Kopi Tangguh Iklim….

Mengenal Kopi Semang, Kopi Dengan Harga “Launching” Rp 500 Ribu per Kg

“500 ribu rupiah,” ujar Barista KM Nol Café, Herry Supandi secara lugas menyebutkan harga perkenalan yang pantas untuk setiap kilogram roasted bean kopi semang yang diluncurkan oleh…

Perempuan Petani Kopi Ajukan Ranperdes untuk Hadapi Perubahan Iklim

Inisiatif perempuan petani kopi di Desa Batu Ampar dan Desa Pungguk Meranti menyusun dan mengajukan Ranperdes tersebut bukan tidak beralasan. Mereka telah merasakan secara nyata berbagai dampak dari perubahan iklim, dan mengkhawatirkan dampaknya akan semakin memburuk pada masa mendatang.

Gubernur Bengkulu akan Usulkan Areal Kawasan Hutan Khusus untuk Kelompok Perempuan

Gubernur Bengkulu Dr. H. Rohidin Mersyah akan mengusulkan areal kawasan hutan untuk dikelola secara khusus oleh kelompok perempuan ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

29 Kelompok Perempuan Pengelola Hutan dan Usaha HHBK akan Berdialog dengan Gubernur Bengkulu

Sebanyak 29 kelompok perempuan pengelola hutan dan usaha hasil hutan bukan kayu (HHBK) akan menyampaikan aspirasi melalui kegiatan dialog dengan para pemangku kebijakan, yakni Balai Besar Taman…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *