Koalisi Perempuan Petani Kopi Desa Kopi Tangguh Iklim (Koppi Sakti) Desa Pungguk Meranti juga terus melanjutkan upaya untuk menerapkan kembali sejumlah kearifan/praktik lokal dalam pengelolaan kebun kopi yang selaras dengan aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim untuk membangun kebun kopi tangguh iklim. Setelah mulai menerapkan kembali pembuatan lubang angin (mini rorak) di 68,22 hektare kebun kopi, Koppi Sakti Desa Pungguk Meranti juga mulai menerapkan kembali pola polikultur.
Dengan dukungan dari The Canada Fund for Local Initiatives (CFLI) – Kedutaan Kanada untuk Indonesia dan Timor Leste, 58 orang anggota Koppi Sakti Desa Pungguk Meranti menanam setidaknya 50 batang bibit pohon multiguna seperti durian, nangka, alpukat, jengkol dan kabau, termasuk 6 batang bibit durian, nangka dan alpukat unggul bersertifikat untuk menjadi pohon indukan enteres, untuk setiap hektare kebun kopi. Penanaman 50 batang bibit pohon multiguna tersebut untuk memperbanyak jenis dan jumlah pepohonan yang sudah ada di kebun kopi.
Beragam manfaat yang bisa diperoleh dengan menanam dan merawat pepohonan multiguna tersebut, terang Ketua Koppi Sakti Desa Pungguk Meranti, Ema Susana. Selain menyerap dan menyimpan karbon dan nitrogen, pepohonan tersebut bisa mengurangi potensi bunga dan putik buah kopi gugur akibat terpaan angin kencang dan tetesan air hujan, dan layu atau rusak akibat terik sinar matahari. Termasuk bisa membantu menurunkan suhu di kebun kopi, kata Ema di sela-sela pertemuan Koppi Sakti Desa Pungguk Meranti pada Rabu (27/11/24).
Manfaat lainnya adalah membantu penyerapan dan penyimpanan air di dalam tanah, mencegah erosi dan longsor, dan membantu dalam menjaga kesuburan tanah. Selain mengurangi potensi pengikisan humus bila hujan deras, dedaunan dan reranting pepohonan multiguna tersebut juga bisa dimanfaatkan menjadi mulsa dan pupuk organik. Kedepan, kami juga akan mulai memaksimalkan pemanfaatan sesarah/serasah untuk membuat mulsa dan pupuk organik, kata Sekretaris Koppi Sakti Desa Pungguk Meranti, Indrayati pada Senin (25/11/24).
Indrayati mengemukakan hal tersebut saat mengecek bibit pepohonan multiguna yang ditanam di kebun kopi anggota Koppi Sakti Desa Pungguk Meranti. Saat mengecek, Indrayati bersama Anggota Koppi Sakti Desa Pungguk Meranti, Desmi Jelita Hayani, Ida Lela Yati dan Eka Susanti, serta suami Indrayati, Buyung. Dengan beragam manfaat dari pepohonan tersebut, diharapkan bisa meningkatkan hasil panen kopi, termasuk tanaman rempah dan sayur yang ditanam di sekitar kebun kopi, sambung Desmi.
Eka menambahkan, buah yang dihasilkan pepohonan multiguna tersebut juga bisa membantu untuk mengurangi pengeluaran dan menambah pendapatan keluarga, dan melestarikan pangan lokal. Seperti jengkol, durian, nangka, kabau dan alpukat, selain untuk keluarga, juga bisa diolah untuk membuat menu pada acara hajatan dan musibah, serta bisa dijual. Baik dijual dalam bentuk mentah/segar, atau dijual setelah diolah, kata Eka.
Bendahara Koppi Sakti Desa Pungguk Meranti Mardalena mengatakan, manfaat lain dari penanaman pepohonan multiguna adalah menjadi tempat tinggal atau persinggahan hewan penyerbuk bunga dan hewan lainnya yang biasa mengonsumsi buah kopi. Sehingga, tradisi menyemang kopi bisa dilestarikan. Bukan hanya kopi semang bulat dan kecip, tetapi juga bisa memperbesar potensi untuk mendapatkan kopi luwak, kata Mardalena saat mengecek bibit pepohonan multiguna yang ditanam di kebun kopi anggota Koppi Sakti Desa Pungguk Meranti pada Selasa (26/11/24). Mardalena mengecek bersama suaminya dan dua orang pemuda Desa Pungguk Meranti, Susanto dan Mulyadi.
Sebagaimana diketahui, Koppi Sakti Desa Pungguk Meranti telah mengajukan Rancangan Peraturan Desa (Ranperdes) tentang Desa Kopi Tangguh Iklim ke Pemerintah Desa. Melalui Ranperdes, mereka ingin merevitalisasi sejumlah kearifan/praktik lokal dalam pengelolaan kebun kopi yang selaras dengan aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim untuk membangun kebun kopi tangguh iklim.
Berbagai kearifan/praktik lokal tersebut antara lain menerapkan pola polikultur dengan menanam pepohonan penghasil buah seperti nangka, alpukat, durian, jengkol, petai, kabau atau lainnya dan menanam sayur dan rempah, membuat lubang angin, tidak membakar, melainkan memanfaatkan sampah rerumputan, dedaunan dan reranting pohon kopi dan pohon lainnya menjadi mulsa dan pupuk organik, tidak menggunakan pestisida kimia, dan membuat bak penampungan air hujan.
Khusus untuk menerapkan pola polikultur, Koppi Sakti Desa Pungguk Meranti menyepakati untuk menanam dan merawat pepohonan multiguna seperti nangka, alpukat, durian, jengkol, kabau, petai dan/atau lainnya dengan jumlah minimal 64 batang dalam 1 hektare kebun kopi. (**)