Koalisi Perempuan Petani Kopi Desa Kopi Tangguh Iklim (Koppi Sakti) Desa Mojorejo telah mengajukan Rancangan Peraturan Desa (Ranperdes) Tentang Desa Kopi Tangguh Iklim kepada Pemerintah Desa Mojorejo. Kendati belum disahkan menjadi peraturan desa, namun mereka mulai menerapkan kembali berbagai kearifan/praktik lokal dalam pengelolaan kebun kopi yang selaras dengan aksi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim untuk membangun kebun kopi tangguh iklim sebagaimana yang tertuang dalam Ranperdes.

Dengan dukungan dari The Canada Fund for Local Initiatives (CFLI) – Kedutaan Kanada untuk Indonesia dan Timor Leste, sebanyak 37 orang anggota Koppi Sakti Desa Mojorejo yang dibantu oleh keluarganya telah membuat lubang angin (mini rorak), salah satu kearifan/praktik lokal yang selaras dengan aksi adaptasi perubahan iklim, di 50,84 hektare kebun kopi.
Untuk setiap hektare, mereka membuat setidaknya 150 unit lubang angin, dan setiap unit berukuran minimal 30 cm x 30 cm x 30 cm. “Tidak sedikit yang membuat lebih banyak dari 150 unit,” kata Ketua Koppi Sakti Desa Mojorejo, Lena Sari Susanti saat mengecek hasil pembuatan lubang angin pada Selasa (17/9/24). Lena mengecek bersama Ketua Pengawas Koppi Sakti Desa Mojorejo, Heni dan pemuda Desa Mojorejo Feri Pratama.
Menurut Heni, membuat lubang angin di kebun kopi bukanlah hal baru. Membuat lubang angin merupakan tradisi yang dilakukan oleh tetua dan orangtua. Hanya saja, mereka tidak meneruskannya karena tidak begitu meengetahui manfaatnya. “Yang kami ketahui selama ini, hanya tempat sampah (rerumputan, dedaunan dan rerantingan pohon kopi dan pohon lainnya). Lubang angin yang dibuat pun hanya sedikit dan berukuran cukup besar,” kata Heni.
Setelah mempelajarinya, sambung Lena, mereka baru memahami bahwa membuat lubang angin sangat penting untuk kebun dan tanaman. Lubang angin bermanfaat untuk meningkatkan ketersediaan air di dalam tanah. Ketika hujan turun, air hujan bisa tertampung oleh lubang angin, dan air yang tertampung bisa diserap oleh tanah. Semakin banyak air hujan yang diserap, potensi kebun dan tanaman mengalami kekeringan pada musim kemarau bisa semakin mengecil. “Kalau kurang air, tanah kurang subur, dan tanaman juga kurang sehat dan kurang menghasilkan,” kata Lena.

Selain meningkatkan ketersediaan air, Sekretaris Koppi Sakti Desa Mojorejo, Susilawati mengatakan, lubang angin juga bermanfaat untuk mencegah serasah terbawa oleh aliran air hujan, dan menjadi tempat untuk memproduksi pupuk organik. Dengan demikian, kesuburan tanah dan kesehatan tanaman akan kian terjaga. “Jadi, sebenarnya lubang angin bukan tempat sampah. Tapi, tempat untuk membuat pupuk organik,” kata Susilawati saat mengecek hasil pembuatan lubang angin pada Rabu (18/10/24).
Susilawati mengecek bersama Bendahara Koppi Sakti Desa Mojorejo, Sri Juminingsih, Sriono (suami Susilawati), Debi Putra Irawan (suami anggota Koppi Sakti Desa Mojorejo, Intan Puspitasari) dan Leo Sucandra Yuda (suami anggota Koppi Sakti Desa Mojorejo, Dwi Oktaviani). “Semakin banyak jumlahnya dan tersebar merata letaknya, akan semakin bagus untuk (kesuburan) tanah dan (kesehatan) tanaman,” tambah Susilawati.
Pembuatan lubang angin juga untuk mendukung rencana mereka menerapkan kembali pola polikultur. Dengan dukungan dari CFLI – Kedutaan Kanada untuk Indonesia dan Timor Leste, mereka telah membuat bibit durian, nangka, jengkol, alpukat dan kabau pada Agustus 2024. Untuk setiap hektare kebun kopi akan ditanam sedikitnya 50 batang bibit.
Selain bibit pohon yang dibuat oleh Koppi Sakti Desa Mojorejo, mereka juga akan menanam bibit durian, alpukat dan nangka unggul bersertifikat untuk menjadi pohon indukan enteres. Penanaman bibit pepohonan tersebut akan dilakukan pada Desember 2024.
“Bibit pepohonan akan ditanam di sekitar lubang angin. Dengan begitu, manfaat dari lubang angin juga akan dinikmati bibit pepohonan yang ditanam. Semoga saja pertumbuhan bibit-bibit yang akan ditanam tersebut bisa bagus,” ujar Sri saat mengecek hasil pembuatan lubang angin pada Rabu (18/10/24). Sri mengecek bersama Lena Sari Susanti, Heni dan Agus Purnomo (suami anggota Koppi Sakti Desa Mojorejo, Romlah).

Koppi Sakti Desa Mojorejo mengajukan Rancangan Peraturan Desa (Ranperdes) tentang Desa Kopi Tangguh Iklim ke Pemerintah Desa Mojorejo pada 10 September 2024. Melalui Ranperdes, mereka ingin merevitalisasi sejumlah kearifan/praktik lokal dalam pengelolaan kebun kopi yang selaras dengan aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.
Berbagai kearifan/praktik lokal tersebut antara lain menerapkan pola polikultur dengan menanam pepohonan penghasil buah seperti nangka, alpukat, durian, jengkol, petai, kabau atau lainnya dan menanam sayur dan rempah, membuat lubang angin, dan membuat bak penampungan air hujan.
Lalu, tidak membakar sampah rerumputan, dedaunan dan rerantingan pohon kopi dan pohon lainnya, memanfaatkan rerumputan, dedaunan dan rerantingan pohon kopi dan pohon lainnya menjadi mulsa dan pupuk organik. Khusus mengenai lubang angin, jumlah minimal lubang angin yang dibuat adalah 256 unit untuk setiap hektare. (**)