Kebun Kopi Tangguh Iklim Layak Jadi Isu Strategis Kabupaten Rejang Lebong

Aspirasi Koalisi Perempuan Petani Kopi Desa Kopi Tangguh Iklim (Koppi Sakti) Rejang Lebong agar Pemerintah Kabupaten Rejang Lebong membuat kebijakan dan program pemberdayaan perempuan petani kopi untuk membangun kebun kopi tangguh iklim diapresiasi oleh Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Rejang Lebong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupten Rejang Lebong dan Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Rejang Lebong.

Pengurus Koppi Sakti Rejang Lebong dan perwakilan dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Rejang Lebong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Rejang Lebong, dan Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Rejang Lebong.

Bahkan, Kepala Bidang Kelembagaan Masyarakat, Sosial Budaya dan Pemerintahan Desa Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Rejang Lebong, Nina Sari Sakti menilai, aspirasi tersebut layak untuk diangkat menjadi isu strategis kabupaten Rejang Lebong. “Layak menjadi isu strategis kabupaten,” katanya dalam Dialog Kebijakan Rejang Lebong Terkait Perempuan, Kopi dan Perubahan Iklim yang didukung oleh Canada Fund for Local Initiatives (CFLI) – Kedutaan Kanada untuk Indonesia dan Timor Leste pada Senin, 20 Januari 2025.

Supaya bisa menjadi isu strategis kabupaten, Koppi Sakti Rejang Lebong disarankan agar melakukan presentasi di Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa. Sehingga, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Rejang Lebong bisa mengkoordinasikannya ke Bagian Pemerintahan Sekretariat Daerah Kabupaten Rejang Lebong agar bisa mengundang organisasi perangkat daerah lainnya untuk membahas lebih lanjut. “Kapan pun ibu-ibu bisa datang ke Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (untuk presentasi),” ujar Nina.

Kabupaten Rejang Lebong memiliki peran strategis dalam sektor perkopian di Provinsi Bengkulu dan Indonesia. Dengan areal perkebunan kopi robusta rakyat seluas 29.854 hektare, menurut Statistik Perkebunan Unggulan Nasional 2021 – 2023, Rejang Lebong merupakan kabupaten dengan areal perkebunan kopi robusta rakyat terluas pertama di Provinsi Bengkulu, dan terluas keenam di Indonesia. Sebanyak 21.252 keluarga petani yang terlibat dalam budidaya kopi robusta. Selain telah menjadi bagian dari kehidupan ekonomi, kopi robusta juga telah menjadi bagian dari kehidupan sosial dan budaya masyarakat Rejang Lebong.

Pengurus Koppi Sakti Rejang Lebong berdialog dengan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Rejang Lebong, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Rejang Lebong, dan Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Rejang Lebong.

Dalam dialog, Koppi Sakti Rejang Lebong mengungkapkan bahwa perubahan iklim telah menimbulkan dampak negatif terhadap kopi dan perempuan petani kopi. Dampak perubahan iklim terhadap kopi antara lain: menurunkan kuantitas dan kualitas hasil panen, memperbesar potensi gagal panen, meningkatan kerentanan diserang hama dan penyakit, dan meningkatkan biaya perawatan kebun. Sedangkan dampak terhadap perempuan petani kopi antara lain: menghambat dalam perawatan, pemanenan dan pengolahan hasil panen, memperberat beban mengelola keuangan rumah tangga, memperbesar kerentanan mengalami kekerasan dalam rumah tangga, memperbesar potensi mengalami stres dan depresi, dan bisa mengakibatkan tradisi ganti hari, menyemang dan ngendang kopi menghilang.

Koppi Sakti Rejang Lebong juga mengemukakan, sejumlah kearifan/praktik lokal dalam pengelolaan kebun kopi yang relevan dengan aksi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Berapa kearifan/praktik lokal tersebut antara lain: berpola polikultur (menanam beragam pepohonan, tanaman sayur dan rempah), menggunakan cara manual dalam mengendalikan rerumputan, tidak membakar rerumputan, dedaunan dan reranting pohon kopi dan pohon lainnya, memanfaatkan rerumputan, dedaunan dan reranting pohon kopi dan pohon lainnya sebagai mulsa organik dan pupuk organik, memanfaatkan sekam kopi sebagai pupuk organik, tidak menggunakan pestisida kimia, membuat lubang angin (mini rorak), dan membuat tempat penampungan air hujan.

Menurut Koppi Sakti Rejang Lebong, perempuan petani kopi perlu merevitalisasi berbagai kearifan/praktik lokal dalam pengelolaan kebun kopi yang relevan dengan aksi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim untuk membangun kebun kopi yang mereka sebut dengan istilah kebun kopi tangguh iklim. Dengan dukungan CFLI – Kedutaan Kanada untuk Indonesia dan Timor Leste, sebanyak 42 orang perempuan petani kopi yang tergabung dalam Koppi Sakti Desa Tebat Tenong Luar mulai membangun kebun kopi tangguh iklim di areal seluas 61,72 hektare. Begitu pula di Desa Mojorejo, sebanyak 37 orang perempuan petani kopi yang tergabug dalam Koppi Sakti Desa Mojorejo mulai membangun kebun kopi tangguh iklim di areal seluas 50,94 hektare.

Oleh karena itu, Koppi Sakti Rejang Lebong menilai, Pemda Kabupaten Rejang Lebong perlu membuat kebijakan dan program untuk memberdayakan perempuan petani kopi lainnya untuk membangun kebun kopi tangguh iklim. Hasil penghitungan Koppi Sakti Rejang Lebong, dana yang dibutuhkan untuk memfasilitasi perempuan petani kopi membangun kebun kopi tangguh iklim berkisar Rp 1,5 juta – Rp 3 juta per hektare, yang manfaatnya bisa dirasakan selama belasan bahkan puluhan tahun.

Sementara itu, perwakilan dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Rejang Lebong, Deni Aprianto mengatakan, beberapa program di Dinas Lingkungan Hidup relevan dengan upaya yang didorong oleh Koppi Sakti Rejang Lebong untuk membangun kebun kopi tangguh iklim. Yakni, program pembibitan pepohonan, pembuatan pupuk organik, pembuatan pestisida organik, dan pembuatan rorak (lubang angin). “Silakan ibu-ibu ajukan proposal atau datang ke kantor Dinas Lingkungan Hidup untuk mendiskusikannya lebih lanjut,” katanya.

Sedangkan perwakilan dari Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Rejang Lebong, Azizah juga menyarankan agar Koppi Sakti Rejang Lebong beraudiensi dengan Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Rejang Lebong. “Sehingga, pimpinan kami bisa menindaklanjutinya,” ujarnya. (**)

Related Posts

Kebun Kopi Tangguh Iklim Relevan dengan Lima Isu Strategis Provinsi Bengkulu

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Bengkulu mengapresiasi dan mendukung aspirasi Koalisi Perempuan Petani Kopi Desa Kopi Tangguh Iklim (Koppi Sakti) Bengkulu agar Pemerintah Provinsi Bengkulu membuat…

Dukung Perjuangan Koppi Sakti Kepahiang, DPRD Kepahiang Ajak Lakukan Pertemuan Lanjutan

DPRD Kepahiang menyatakan dukungannya terhadap perjuangan Koalisi Perempuan Petani Kopi Desa Kopi Tangguh Iklim (Koppi Sakti) Kepahiang. Oleh karena itu, DPRD Kepahiang mengajak agar Koppi Sakti Kepahiang…

ranperdes

Sejarah Baru, Ranperdes yang Disusun Perempuan Petani Kopi untuk Atasi Perubahan Iklim Ditetapkan

Sejarah baru telah tercipta di Desa Batu Ampar, Kepahiang pada Rabu, 11 Desember 2024. Setelah melalui pembahasan secara seksama dalam Musyawarah Desa Pembahasan dan Penetapan Rancangan Peraturan…

Koppi Sakti Desa Pungguk Meranti Juga Mulai Terapkan Kembali Pola Polikultur di 68,22 Ha Kebun Kopi

Koalisi Perempuan Petani Kopi Desa Kopi Tangguh Iklim (Koppi Sakti) Desa Pungguk Meranti juga terus melanjutkan upaya untuk menerapkan kembali sejumlah kearifan/praktik lokal dalam pengelolaan kebun kopi…

Koppi Sakti Desa Tebat Tenong Luar Buat Lubang Angin di 61,72 Ha Kebun Kopi

Koalisi Perempuan Petani Kopi Desa Kopi Tangguh Iklim (Koppi Sakti) Desa Tebat Tenong Luar juga telah mengajukan Rancangan Peraturan Desa (Ranperdes) Tentang Desa Kopi Tangguh Iklim kepada…

Koppi Sakti Desa Batu Ampar Juga Mulai Terapkan Kembali Pola Polikultur di 50,77 Ha Kebun Kopi

Upaya Koalisi Perempuan Petani Kopi Desa Kopi Tangguh Iklim (Koppi Sakti) Desa Batu Ampar menerapkan kembali sejumlah kearifan/praktik lokal dalam pengelolaan kebun kopi yang selaras dengan aksi…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *