Kepala Seksi Wilayah VI Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat (BBTNKS), Zainuddin menawarkan untuk membuat kerjasama kepada Kelompok Perempuan Peduli Lingkungan (KPPL) “Maju Bersama” Desa Pal VIII. Tawaran itu disampaikan Zainuddin saat merespon pertanyaan Ketua KPPL Maju Bersama Rita Wati dalam diskusi reguler bertema “Mitra Konservasi: Pemberdayaan Masyarakat (Perempuan) di Kawasan Konservasi” di ruang pertemuan kantor Bidang 3 Wilayah Bengkulu – Sumatera Selatan BBTNKS di Curup, Rejang Lebong pada Jumat (15/9).
Dalam pengantar, Zainudin memaparkan rencana pengembangan ekowisata di kawasan Madapi (Mahoni, Damar dan Pinus) di Desa Pal VIII dan Air Terjun Batu Betiang di Desa Babakan Baru. BBTNKS akan melakukan pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan ekowisata tersebut. Usai mendengar paparan, Rita Wati menanyakan peluang pemanfaatan kawasan Madapi untuk membuat kebun/taman bunga dan kebun obat-obatan.
Keinginan KPPL Maju Bersama memanfaatkan kawasan Madapi untuk berkontribusi melestarikan TNKS sekaligus meningkatkan kesejahteraan perempuan. “KPPL, kalau saja bisa mendapat izin, ingin membuat kebun bunga dan tanaman obat-obatan di sana…, KPPL sudah membuat pupuk organik dan memasukannya ke polibek. Sekarang kami lagi mengujicobanya, rencananya akan menggunakan pupuk organik (untuk membuat kebun bunga dan obat-obatan),” kata Rita Wati. Baca juga Perempuan Desa Pal VIII Ingin Kelola Potensi Wisata di Hutan Warisan Dunia
“Kapan mau membuatnya? Bagus sekali itu, saya inginnya seperti itu, ada ide-ide dari ibu-ibu…, KPPL buat surat ke TNKS…, Sebenarnya lebih bagus kita ikat dengan kerjasama… Ada perjanjian, ada kewajiban dan hak yang menjadi pegangan kita. Kalau KPPL sudah bekerjasama dengan TNKS, maka komunikasi kita tidak ada jarak lagi… Dan itu akan menjadi point sendiri, belum ada peran dari masyarakat, khususnya kelompok perempuan,” kata Zainuddin.
Bambu untuk Anyaman
Selain dihadiri perwakilan KPPL Maju Bersama Desa Pal VIII, diskusi juga dihadiri perwakilan perempuan Desa Babakan Baru dan Karang Jaya, serta Komunitas Perempuan Penyelamat Situs Warisan Dunia. Zainuddin juga merespon pertanyaan perwakilan perempuan Desa Babakan Baru, Dharwati mengenai peluang memperoleh akses pemanfaatan bambu di kawasan TNKS untuk bahan baku pembuatan anyaman yang direncanakan untuk menjadi souvenir wisata. Baca juga Berharap Diberikan Izin untuk Manfaatkan Bambu di TNKS
“Kalau ada ide seperti itu, organisasi atau kelompok yang ada, bersurat ke TNKS. Nanti, kita cek sama-sama, apakah memang masuk kawasan TNKS atau tidak, dan bisa kaji bersama bagaimana kelompok itu punya program keberlanjutan bahan baku untuk membuat anyaman,” kata Zainuddin. Bagi Zainuddin, rencana pengembangan produk anyaman menjadi souvenir wisata bisa selaras dengan rencana pengembangan ekowisata Air Terjun Batu Betiang.
Untuk diketahui, TNKS merupakan salah satu taman nasional di Indonesia yang ditetapkan sebagai Asean Heritage Parks, dan bersama Taman Nasional Gunung Leuser dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan ditetapkan sebagai Tropical Rainforest Heritage of Sumatra (TRHS) dalam daftar Warisan Dunia oleh World Heritage Committee UNESCO.