Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah menilai, inisiatif Perempuan Desa Batu Ampar, Kabupaten Kepahiang membangun Desa Kopi Tangguh Iklim pantas untuk dicontoh oleh masyarakat, khususnya perempuan di desa lainnya. Rohidin mengungkapkan hal tersebut usai meresmikan Desa Batu Ampar sebagai Desa Kopi Tangguh Iklim pada Selasa, 28 Januari 2020 di Desa Batu Ampar.
“Saya sangat mengapresiasi. Kaum perempuan desa sudah lebih jauh pemikirannya dan komitmennya untuk menjaga lingkungan agar produk kopi yang dihasilkan bisa terjamin dalam jangka panjang, baik dari sisi produktivitas maupun kualitas. Lebih dari itu, kalau lingkungan terjaga, produktivitas dan kualitas produk dari tanaman lainnya juga akan terjaga. Saya kira ini bisa menjadi salah satu program percontohan,” ujar Rohidin (lihat video).
Inisiatif perempuan Desa Batu Ampar mendeklarasikan Desa Kopi Tangguh Iklim, terang Rohidin, juga bisa menjadi salah satu strategi yang tepat untuk mengangkat produk lokal agar bisa diterima di pasar nasional dan internasional. “Kalau kopi, sudah biasa. Tapi, kopi yang diproduksi dengan memperhatikan aspek-aspek lingkungan hidup atau ramah lingkungan hidup akan mempunyai value yang tinggi,” tambah Rohidin.
Saat memberikan sambutan, Rohidin meminta agar Dinas Perindustrian dan Perdangangan Provinsi Bengkulu menyediakan stand khusus untuk memamerkan aktivitas perempuan Desa Batu Ampar membangun Desa Kopi Tangguh Iklim pada International Coffee Day, 1 Oktober 2020. “Supaya bisa diketahui bahwa ini dipelopori kaum perempuan di pedesaan sehingga bisa menghasilkan produk yang memperhatikan keberlanjutan dan konservasi lingkungan,” kata Rohidin.
Termasuk agar menyediakan forum diskusi. “Kalau dimungkinkan nanti ada kunjungan para delegasi untuk melihat langsung bagaimana aktivitas kelompok perempuan membangun Desa Kopi Tangguh Ikliml. Saya sangat berharap dalam Hari Kopi Internasional nanti, Desa Batu Ampar ini bisa menjadi salah satu menu yang bisa kita sajikan dalam bentuk pameran, sajian produk, forum diskusi dan kunjungan delegasi para pelaku kopi baik di tingkat nasional dan internasional,” kata Rohidin.
Gubernur Bengkulu dan para undangan juga bersepakat memberikan dukungan untuk memperkuat inisiatif para perempuan Desa Batu Ampar membangun Desa Kopi Tangguh Iklim agar menjadi percontohan. Hal ini ditandai dengan penandatanganan dokumen Dukungan Bersama Parapihak oleh Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Bengkulu Sorjum Ahyar, Dinas Perindustrian dan Perdangangan Provinsi Bengkulu Lierwan, Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Bengkulu Erdiwan, Kepala Badan Penelitian, Perencanaan dan Pembangunan Daerah Provinsi Bengkulu Isnan Fajri, Kepala Stasiun Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Fatmawati Bengkulu Kukuh Rubidiyanto, Project Officer Setapak The Asia Foundation Dorta Pardede, Ketua AJI Bengkulu Harry Siswoyo dan lainnya.
Di hadapan Gubernur Bengkulu dan para undangan, Perempuan Desa Batu Ampar yang tergabung dalam Perempuan Alam Lestari mendeklarasikan Desa Kopi Tangguh Iklim. Dalam naskah deklarasi yang dikumandangkan, mereka menyatakan bahwa perubahan iklim telah berdampak negatif terhadap tanaman kopi yang merupakan bagian dari kehidupan ekonomi, sosial dan budaya masyarakat Desa Batu Ampar.
“Kami menyadari bila masalah perubahan iklim tidak segera ditanggulangi akan mengakibatkan krisis dalam segala aspek kehidupan masyarakat Desa Batu Ampar. Oleh karena itu, kami berinisiatif melakukan berbagai hal untuk menanggulangi perubahan iklim guna menjaga keberlanjutan tanaman kopi dan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya masyarakat Desa Batu Ampar,” teriak perwakilan perempuan Desa Batu Ampar.
Menurut Ketua Perempuan Alam Lestari Supartina Paksi, dampak perubahan iklim telah memicu hama dan penyakit baru, dan menurunkan produktivitas dan kualitas kopi. “Bagi masyarakat Desa Batu Ampar, berkebun kopi sudah dilakukan sejak lama atau sudah turun temurun. Dulu, dengan suhu yang sejuk di desa ini, setiap hektar kebun kopi bisa menghasilkan 1,5 hingga 2 ton. Kalau sekarang, rata-rata berkisar 300 hingga 500 kg, paling tinggi 700 kg,” kata Supartina.
Sebagai bagian dari kehidupan ekonomi, sosial dan budaya masyarakat, sambung Supartina, keberlanjutan tanaman kopi harus terjaga. “Dulu, masyarakat berkebun kopi dengan pola campur (agroforestry). Secara perlahan berubah menjadi pola sejenis (monokultur). Ketika dibandingkan, kondisi kebun pola campur jauh lebih baik dibandingkan kebun pola sejenis. Baik dari aspek lingkungan dan ekonomi. Sehingga, salah satu upaya yang kami lakukan adalah mengajak kaum perempuan untuk mengembalikan kebun kopi pola campur,” kata Supartina.
Kepala Desa Batu Ampar Harwan Iskandar mengatakan, Pemerintah Desa sangat mendukung inisiatif tersebut. Bukan hanya mengalokasikan anggaran, Pemerintah Desa juga siap untuk membuat kebijakan lainnya. “Saya mendengar kelompok Perempuan Alam Lestari juga akan mendorong peraturan desa terkait Desa Kopi Tangguh Iklim. Tentulah hal ini sangat kami, pemerintah desa, dukung. Termasuk kami juga akan mendorong agar bisa bersinergi dengan BUMDes,” kata Harwan.
Sementara itu, Kepala Statisiun BMKG Fatmawati Bengkulu Kukuh Rubidiyanto mengatakan, pihaknya telah merencanakan untuk membuat Sekolah Lapang Iklim Kopi yang akan melibatkan anggota Forum Perempuan Peduli Iklim dan Pangan. “Mudah-mudahan rencana kami akan mengadakan Sekolah Lapang Iklim Kopi bisa direalisasikan,” kata Kukuh. (**)