Perempuan Desa: Perubahan Kondisi Warisan Dunia Berdampak Terhadap Pertanian

Oleh : Febrina*

Perubahan kondisi Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) yang ditetapkan sebagai bagian dari warisan dunia berdampak negatif terhadap aktivitas pertanian di desa sekitar TNKS. Bukan hanya meningkatkan biaya pembelian pupuk, tetapi juga bisa menurunkan hasil panen, bahkan memicu kegagalan panen. Warga Desa Pal VIII yang mengandalkan pendapatan dari bertani, Sumiati (70) mengungkapkan hal tersebut.

Ditemui di rumahnya pada Minggu (4/6/17), Sumiati mengatakan, kondisi suhu udara saat ini jauh berbeda dibandingkan beberapa waktu lalu. “Dulu sangat sejuk. Walau musim panas, namun tetap merasa sejuk. Berbeda dengan sekarang, suhu udara cukup panas, jarang sekali bisa merasakan sejuk seperti dulu, saat hutan (TNKS) belum ada campur tangan manusia,” kata Sumiati yang mulai menetap di Desa Pal VIII pada tahun 1970-an.

Akibat kenaikan suhu udara, perlahan tanah menjadi gersang dan kurang subur. Sehingga, pemakaian pupuk terus bertambah, bahkan telah menimbulkan ketergantungan. “Menanam sayur saja sudah tidak bisa alami lagi (tanpa pupuk), melainkan bergantung dengan pupuk. Jika tidak menggunakan pupuk, hasil panen akan sedikit, bahkan bisa gagal panen,” tambah Sumiati.

Keberadaan TNKS bukan cuma penting bagi kestabilan suhu udara dan kesuburan tanah, tetapi juga menjadi tempat masyarakat mencari obat-obatan dan pangan untuk rumah tangga dan dijual sebagai pendapatan. “Banyak obat yang diambil dari hutan. Apalagi waktu dulu, sebelum ada puskesmas,” ujar Sumiati yang dulunya adalah perangkat pemerintah desa.

Misalnya obat untuk penyakit batuk, dibuat dengan mengambil air dari pohon unji (kecombrang) dan lengkuas. Sedangkan obat untuk penyakit kulit gatal-gatal dan herpes, warga biasanya memanfaatkan biji Mahoni. “Untuk sayur juga banyak. Pakis, unji, umbut rotan, cempokak atau rimbang dan lainnya. Diambil bukan cuma untuk dimasak di rumah, tapi juga ada yang menjualnya,” cerita Sumiati.

Sedangkan buah yang biasa diambil dari kawasan TNKS adalah rambutan hutan, durian hutan, pisang hutan, arbei dan banyak lagi. Sumiati berharap, kondisi TNKS dapat dipulihkan kembali. Sehingga, bisa mengurangi risiko petani memperoleh hasil panen sedikit atau gagal panen.

Warga Desa Pal VIII lainnya, Purwani (45) mengatakan, pemulihan kondisi TNKS diperlukan untuk menghindari masyarakat dari ancaman bencana longsor dan banjir, serta kekeringan yang dapat membuat petani tidak bisa maksimal bertani. Padahal, hampir sebagian besar penduduk Desa Pal VIII dan desa lainnya yang bersentuhan dengan TNKS mengandalkan pendapatan dari hasil bertani.

*Febrina adalah Anggota Komunitas Perempuan Penyelamat Situs Warisan Dunia (KPPSWD)

Related Posts

Mengenal Kopi Semang, Kopi Dengan Harga “Launching” Rp 500 Ribu per Kg

“500 ribu rupiah,” ujar Barista KM Nol Café, Herry Supandi secara lugas menyebutkan harga perkenalan yang pantas untuk setiap kilogram roasted bean kopi semang yang diluncurkan oleh…

Perempuan Petani Kopi Ajukan Ranperdes untuk Hadapi Perubahan Iklim

Inisiatif perempuan petani kopi di Desa Batu Ampar dan Desa Pungguk Meranti menyusun dan mengajukan Ranperdes tersebut bukan tidak beralasan. Mereka telah merasakan secara nyata berbagai dampak dari perubahan iklim, dan mengkhawatirkan dampaknya akan semakin memburuk pada masa mendatang.

Gubernur Bengkulu akan Usulkan Areal Kawasan Hutan Khusus untuk Kelompok Perempuan

Gubernur Bengkulu Dr. H. Rohidin Mersyah akan mengusulkan areal kawasan hutan untuk dikelola secara khusus oleh kelompok perempuan ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

29 Kelompok Perempuan Pengelola Hutan dan Usaha HHBK akan Berdialog dengan Gubernur Bengkulu

Sebanyak 29 kelompok perempuan pengelola hutan dan usaha hasil hutan bukan kayu (HHBK) akan menyampaikan aspirasi melalui kegiatan dialog dengan para pemangku kebijakan, yakni Balai Besar Taman…

Ketika 11 Kelompok Perempuan Pengelola Hutan Berlatih Pemetaan Partisipatif Berbasis Teknologi Solutif

“Misi berhasil…,” teriak Feni yang langsung disambut dengan teriakan anggota Tim 1 lainnya, “Yes…, yes…, yes…” Teriakan tersebut merupakan luapan kegembiraan Tim 1 karena telah berhasil menyelesaikan…

Gubernur Bengkulu Harapkan Jumlah Kelompok Perempuan Pengelola Hutan Bisa Bertambah

Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah mengharapkan jumlah kelompok perempuan pengelola hutan yang berhasil mendapatkan legalitas bisa bertambah. Rohidin menyampaikan harapan tersebut setelah membaca buku Membangun Jalan Perubahan: Kumpulan…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *