Tangis Perempuan Desa Penyangga TNKS untuk Pemulihan Ekosistem

Donsri, Ketua Kelompok Perempuan Peduli Lingkungan (KPPL) Sumber Jaya tak kuasa lagi menahan perasaannya yang berkecamuk. Saat menyalami tangan Yasih Kurniati, anggota tim dari Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) yang memverifikasi calon areal yang diusulkan oleh KPPL Sumber Jaya Desa Karang Jaya dan KPPL Sejahtera Desa Sumber Bening menjadi areal kemitraan konservasi skema pemulihan ekosistem pada Rabu (3/2/21) sore, tangisnya pecah.

Tim Verifikasi KPPL Sumber Jaya, KPPL Sejahtera dan Balai Besar TNKS sebelum pulang usai melakukan verifikasi pada Rabu (3/2/21).

“Terimakasih, Bu,” kata Donsri tersedu-sedu sembari menggerakkan tangan kirinya untuk memeluk Yasih. Tangisan Donsri sempat membuat suasana penutupan kegiatan verifikasi yang diguyur hujan deras itu menjadi haru. “Mohon dukungan Ibu dan teman-teman agar permohonan kami bisa disetujui,” sambung Donsri secara perlahan melepaskan pelukannya untuk menyalami anggota tim dari Balai Besar TNKS lainnya. “Insya Allah, Bu,” jawab Yasih singkat.

Donsri (jilbab merah) dan anggota KPPL Sumber Jaya bersama tim dari Balai Besar TNKS, Yasih Kurniati dan Insan Ramdhani pada Selasa (2/2/21)

Bertahun-tahun, Donsri beserta anggota KPPL Sumber Jaya dan KPPL Sejahtera lainnya, termasuk suami mereka, dibayangi rasa takut bertemu dengan petugas dari Balai Besar TNKS. Mendapat informasi ada petugas berpatroli, mereka akan lari meninggalkan lahan yang telah mereka garap menjadi kebun kopi dan hortikultura. “Saya bahkan pernah berlari saat hamil besar, dan jatuh terpeleset ke bawah pepohonan bambu di dekat jurang,” cerita Donsri pada Selasa (2/2/21) siang.

Peristiwa itu, kenang Donsri, terjadi sekitar sebelas tahun yang lalu. Dia bersama Rusmini, anggota KPPL Sumber Jaya yang lokasi garapannya tidak jauh dari lokasi garapan Donsri. “Waktu itu, saya juga membawa anak saya yang masih kecil. Ibu Rusmini berlari sambil menggendong anak saya. Kami berlari sekuat tenaga agar jangan sampai ditangkap. Setelah berlari agak jauh, kami berhenti dan bersembunyi di balik semak-semak sampai merasa tenang,” kata Donsri.

Selama dua hari, Selasa dan Rabu (2-3/2/2021), tim dari KPPL Sumber Jaya dan KPPL Sejahtera menemani tim dari Balai Besar TNKS untuk mengecek kondisi petak-petak calon areal kemitraan konservasi skema pemulihan ekosistem sekaligus mewawancarai anggota KPPL Sumber Jaya dan KPPL Sejahtera yang mengarapnya. Walau cuaca kurang bersahabat selama dua hari itu, mereka terus bergerak. “Alhamdulillah, selesai. Semoga proses selanjutnya lancar,” kata Ketua KPPL Sejahtera, Roisa yang juga tak kuasa menahan air matanya pada Rabu (3/2/21) sore.

Ketua KPPL Sejahtera Roisa (baju merah) menemani tim dari Balai Basar TNKS, Emi Hayati Danis mewawancarai anggota KPPL Sejahtera pda rabu (3/2/21).

Roisa juga pernah berlari dalam kondisi sedang hamil karena takut ditangkap. Selain teringat pengalaman dirinya dan anggota KPPL Sumber Jaya dan KPPL Sejahtera lainnya yang getir, Roisa menangis karena terharu dengan sikap para petugas Balai Besar TNKS yang jauh berbeda dari sebelumnya, dan teringat pernyataan Kepala Bidang Pengelola Taman Nasional Wilayah III Balai Besar TNKS, Muhammad Zainuddin yang berharap agar KPPL Sumber Jaya dan KPPL Sejahtera bisa menginspirasi perempuan lainnya. “Merasa dimanusiakan,” kata Roisa.

Keadilan Gender dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi

Saat memimpin pertemuan dengan pengurus KPPL Sumber Jaya dan KPPL Sejahtera pada Rabu (27/1/21), Zainuddin mengatakan, inisiatif KPPL Sumber Jaya dan KPPL Sejahtera bermitra turut membantu Balai Besar TNKS berkontribusi terhadap upaya Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Eksosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mewujudkan keadilan gender dalam pengelolaan kawasan konservasi. “KPPL Sumber Jaya dan KPPL Sejahtera merupakan dua kelompok perempuan pertama yang ingin bermitra dengan skema pemulihan ekosistem (restorasi ekosistem),” kata Zainuddin.

Kepala Bidang PTN Wilayah III Balai Besar TNKS, Muhammad Zainuddin menggambarkan peta zonasi TNKS pada Rabu (27/1/21).

Bila perjanjian kerjasama kemitraan konservasi skema pemulihan ekosistem (restorasi ekosistem) antara Balai Besar TNKS dan KPPL Sumber Jaya dan KPPL Sejahtera sudah ditandatangani, maka jumlah kelompok perempuan yang menjadi mitra Balai Besar TNKS bertambah, setelah KPPL Maju Bersama dan KPPL Karya Mandiri dengan skema pemberdayaan masyarakat atau pemberian akses hasil hutan bukan kayu. Dengan demikian, Provinsi Bengkulu, khususnya Kabupaten Rejang Lebong bisa menjadi tempat bagi pihak-pihak yang ingin belajar tentang kelompok perempuan dan kemitraan konservasi untuk dua skema sekaligus. “Ibu-ibu KPPL lah yang akan menjadi narasumbernya,” ujar Zainuddin.

Hasil Verifikasi

Awalnya, KPPL Sumber Jaya mengajukan usulan calon areal kemitraan konservasi skema pemulihan ekosistem (restorasi ekosistem) dengan luas (perkiraan) 65,75 ha dengan anggota 49 orang, dan KPPL Sejahtera dengan luas (perkiraan) 53 ha dengan anggota berjumlah 46 orang. Setelah diverifikasi, calon areal kemitraan konservasi KPPL Sumber Jaya menjadi 38,158 ha (menggunakan GPS) dengan 40 orang, dan KPPL Sejahtera menjadi 42,202 ha (menggunakan GPS) dengan 42 orang. “Selain menolak lahan garapannya untuk ditanami dengan pepohonan, perbedaan luasan calon areal dan jumlah anggota juga dikarenakan beberapa orang sudah tidak lagi bergantung dengan lahan garapan,” kata Sekretaris KPPL Sumber Jaya, Wahyuni Saputri pada Kamis (25/2/21) siang.

Anggota Tim Verifikasi dari Balai Besar TNKS, Insan Ramdhani menyampaikan hasil verifikasi calon areal kemitraan konservasi skema pemulihan ekosistem pada Kamis (18/2/21).

Related Posts

Mengenal Kopi Semang, Kopi Dengan Harga “Launching” Rp 500 Ribu per Kg

“500 ribu rupiah,” ujar Barista KM Nol Café, Herry Supandi secara lugas menyebutkan harga perkenalan yang pantas untuk setiap kilogram roasted bean kopi semang yang diluncurkan oleh…

Perempuan Petani Kopi Ajukan Ranperdes untuk Hadapi Perubahan Iklim

Inisiatif perempuan petani kopi di Desa Batu Ampar dan Desa Pungguk Meranti menyusun dan mengajukan Ranperdes tersebut bukan tidak beralasan. Mereka telah merasakan secara nyata berbagai dampak dari perubahan iklim, dan mengkhawatirkan dampaknya akan semakin memburuk pada masa mendatang.

Gubernur Bengkulu akan Usulkan Areal Kawasan Hutan Khusus untuk Kelompok Perempuan

Gubernur Bengkulu Dr. H. Rohidin Mersyah akan mengusulkan areal kawasan hutan untuk dikelola secara khusus oleh kelompok perempuan ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

29 Kelompok Perempuan Pengelola Hutan dan Usaha HHBK akan Berdialog dengan Gubernur Bengkulu

Sebanyak 29 kelompok perempuan pengelola hutan dan usaha hasil hutan bukan kayu (HHBK) akan menyampaikan aspirasi melalui kegiatan dialog dengan para pemangku kebijakan, yakni Balai Besar Taman…

Ketika 11 Kelompok Perempuan Pengelola Hutan Berlatih Pemetaan Partisipatif Berbasis Teknologi Solutif

“Misi berhasil…,” teriak Feni yang langsung disambut dengan teriakan anggota Tim 1 lainnya, “Yes…, yes…, yes…” Teriakan tersebut merupakan luapan kegembiraan Tim 1 karena telah berhasil menyelesaikan…

Gubernur Bengkulu Harapkan Jumlah Kelompok Perempuan Pengelola Hutan Bisa Bertambah

Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah mengharapkan jumlah kelompok perempuan pengelola hutan yang berhasil mendapatkan legalitas bisa bertambah. Rohidin menyampaikan harapan tersebut setelah membaca buku Membangun Jalan Perubahan: Kumpulan…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *