Bagaimana Relevansi dan Kontribusi Hutan untuk Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan?

Pada September 2015, negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa bersepakat untuk mengadopsi “Transforming Our World: The 2030 Agenda for Sustainable Development”, yang dikenal dengan Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB). Dari 17 tujuan dan 169 target spesifiknya, kata “hutan” memang hanya disebutkan secara eksplisit dalam TPB 6 dan TPB 15. Namun, menurut De Jong et. al. (2018), sejak awal perdebatan, arti penting hutan untuk pencapaian TPB telah diakui.

Ketua Kelompok Perempuan Peduli Lingkungan Bersama Desa Pal VIII, Rejang Lebong, Rita Wati memungut bunga kecombrang (Etlingera elatior) yang tumbuh di kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat yang ditetapkan sebagai ASEAN Heritage Parks dan bagian dari Tropical Rainforest Heritage of Sumatra yang masuk daftar World Heritage Sites.

“Mengakui hutan menyediakan berbagai macam barang dan jasa penting bagi kesejahteraan manusia dan stabilitas ekologi planet bumi,” terang De Jong et. al. Begitu pentingnya, FAO (2018) bahkan menegaskan, ”Untuk mencapai tujuan global kita, aksi mendesak dibutuhkan untuk mempertahankan hutan di bumi”. Memahami bagaimana menggunakan dan mengelola hutan secara berkelanjutan, Choksi et. al., (2016) mengemukakan, adalah kunci pembangunan berkelanjutan.

Kajian Fern (2016) menyebutkan, hutan memiliki relevansi dan kontribusi untuk pencapaian 7 TPB, yakni TPB 1, 2, 7, 12, 13, 15 dan 16. Sementara itu, kajian FAO (2018) mengemukakan, hutan memiliki relevansi dan kontribusi untuk pencapaian 10 TPB, yakni TPB 1, 2, 5, 6, 7, 8, 11, 12, 13 dan 15. Secara detail FAO menyebutkan, untuk pencapaian 27 target, yakni target 1.1, 1.4, 1.5, 2.1, 2.3, 5.5, 5.a, 6.6, 7.1, 7.2, 8.3, 8.9, 11.4, 11.7, 12.2, 12.5, 12.6, 12.7, 13.1, 13.2, 13.3, 15.1, 15.2, 15.3, 15.4, 15.5 dan 15.8.

Khusus terkait hutan tropis (tropical forest), laporan Choksi et. al. (2016) menyebutkan, memiliki relevansi dan kontribusi untuk pencapaian 15 TPB, yakni TPB 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 15, 16, dan 17. Demikian pula kajian Swamy et. al. (2018) mengemukakan, hutan tropis memiliki relevansi dan kontribusi untuk pencapaian 15 TPB, yakni TPB 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 15, 16, dan 17.

Terhadap kawasan hutan yang dilindungi (protected areas), kajian IUCN (2017) mengungkapkan, memiliki relevansi dan kontribusi untuk pencapaian 15 TPB, yakni TPB 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 11, 12, 13, 14, 15, 16 dan 17.  Secara detail IUCN menyebutkan, untuk pencapaian 46 target, yakni target 1.3, 1.4, 1.5, 2.4, 2.5, 2.A, 3.4, 4.7, 5.a, 6.3, 6.5, 6.6, 6.b, 7.2, 8.3, 8.9, 9.4, 10.1, 11.5, 11.7, 11.A, 12.2, 12.5, 12.b, 13.1, 13.2, 13.3, 14.1, 14.2, 14.3, 14.4, 14.5, 14.c, 15.1, 15.2, 15.3, 15.4, 15.5, 15.6, 15.7, 15.8, 15.9, 16.7, 17.14, 17.16 dan 17.17

Di lain sisi, hasil kajian IUCN (2019) menyatakan, upaya merestorasi lansekap hutan memiliki relevansi dan kontribusi untuk pencapaian 11 TPB, yakni TPB 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 12, 13, 15 dan 17, dan secara detail IUCN menyebutkan, untuk pencapaian 33 target, yakni target 1.2, 1.5, 1.a, 1.b, 2.2, 2.3, 2.4, 2.5, 2.a, 3.2, 3.3, 5.5, 5.a, 5.b, 6.5, 6.6, 6.b, 7.1, 8.1, 8.3, 8.4, 12.1, 12.2, 12.6, 13.1, 13.2, 15.1, 15.2, 15.3, 15.4, 17.14, 17.16, dan 17.17.

Sedangkan terkait kehutanan komunitas (community forestry) De Jong et. al (2018) menyebutkan, memiliki relevansi dan kontribusi untuk pencapaian 13 TPB, yakni TPB 1, 2, 3, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 15 dan 16. Secara detial De Jong et. al. Menyebutkan, untuk pencapaian 32 target TPB, yakni target 1.4, 2.3, 2.4, 2.5, 3.8, 3.9, 6.6, 7.2, 8.4, 8.9, 9.2, 9.3, 11.4, 11.7, 11.a, 11.c, 12.2, 13.1, 13.2, 14.2, 15.1, 15.2, 15.3, 15.4, 15.5, 15.7, 15.9, 15.b, 16.3, 16.5, 16.6 dan 16.7.

Sekretaris KPPL Maju Bersama Desa Pal VIII Liswanti memegang bunga Kecombrang (Etlinger elatior) yang akan dipanen di kawasan TNKS.

Areal Kemitraan Konservasi (coklat) KPPL Maju Bersama dan Balai Besar TNKS untuk pemanfaatan Kecombrang dan Pakis di kawasan TNKS.

Dari tabel 1, diketahui bahwa hutan memiliki relevansi dan kontribusi untuk pencapaian semua atau 17 TPB. Sedangkan dari tabel 2, diketahui bahwa hutan dinilai memiliki relevansi dan kontribusi untuk pencapaian 73 target, yakni target 1.1, 1.2, 1.3, 1.4, 1.5, 1.a, 1.b, 2.1, 2.2, 2.3, 2.4, 2.5, 2.a, 3.2, 3.3, 3.4, 3.8, 3.9, 4.7, 5.5, 5.a, 5.b, 6.3, 6.5, 6.6, 6.b, 7.1, 7.2, 8.1, 8.3, 8.4, 8.9, 9.2, 9.3, 9.4, 11.4, 11.5, 11.a, 11.c, 11.7, 12.1, 12.2, 12.5, 12.6, 12.7, 12.b, 13.1, 13.2, 13.3, 14.1, 14.2, 14.3, 14.4, 14.5, 14.c, 15.1, 15.2, 15.3, 15.4, 15.5, 15.6, 15.7, 15.8, 15.9, 15.b, 16.3, 16.5, 16.6, 16.7, 17.14, 17.15, 17.16 dan target 17.17.

Pustaka

  • Choksi, Pooja et. al., 2016. Tropical Forests For Sustainable Development: Shaping Our Future with Knowledge from the Field. Policy Paper. International Society for Tropical Foresters
  • FAO. 2018. The State of the World’s Forests 2018 – Forest pathways to sustainable development
  • Fern. 2016. How to achieve the Sustainable Development Goals? Focus on Forests. Report
  • IUCN. 2017. Protected areas helping to meet the Sustainable Development Goals
  • IUCN. 2019. Forest landscape restoration pathways to achieving the SDGs
  • Jong, Wil de et. al., 2018. Community Forestry and the Sustainable Development Goals: A Two Way Street. Forests 2018, 9, 331
  • Swamy, Latha et. al., 2018. The future of tropical forests under the United Nations Sustainable Development Goals. Journal of Sustainable Forestry Vol. 37, NO. 2, 221–256

Related Posts

Koppi Sakti Desa Batu Ampar Juga Mulai Terapkan Kembali Pola Polikultur di 50,77 Ha Kebun Kopi

Upaya Koalisi Perempuan Petani Kopi Desa Kopi Tangguh Iklim (Koppi Sakti) Desa Batu Ampar menerapkan kembali sejumlah kearifan/praktik lokal dalam pengelolaan kebun kopi yang selaras dengan aksi…

Koppi Sakti Desa Mojorejo Buat Lubang Angin di 50,84 Ha Kebun Kopi

Koalisi Perempuan Petani Kopi Desa Kopi Tangguh Iklim (Koppi Sakti) Desa Mojorejo telah mengajukan Rancangan Peraturan Desa (Ranperdes) Tentang Desa Kopi Tangguh Iklim kepada Pemerintah Desa Mojorejo….

Koppi Sakti Desa Pungguk Meranti Buat Lubang Angin di 68,22 Ha Kebun Kopi

Sebanyak 58 anggota Koalisi Perempuan Petani Kopi Desa Kopi Tangguh Iklim (Koppi Sakti) Desa Pungguk Meranti, Kepahiang juga mulai menerapkan kembali salah satu kearifan/praktik lokal dalam pengelolaan…

Koppi Sakti Desa Batu Ampar Buat Lubang Angin di 50,77 Ha Kebun Kopi

Koalisi Perempuan Petani Kopi Desa Kopi Tangguh Iklim (Koppi Sakti) Desa Batu Ampar, Kabupaten Kepahiang mulai menerapkan kembali salah satu kearifan lokal dalam pengelolaan kebun kopi yang…

Dua Desa di Rejang Lebong Siap Menjadi Desa Kopi Tangguh Iklim

Dua desa di Kabupaten Rejang Lebong, yakni Desa Tebat Tenong Luar, Kecamatan Bermani Ulu Raya, dan Desa Mojorejo, Kecamatan Selupu Rejang siap menjadi Desa Kopi Tangguh Iklim….

Mengenal Kopi Semang, Kopi Dengan Harga “Launching” Rp 500 Ribu per Kg

“500 ribu rupiah,” ujar Barista KM Nol Café, Herry Supandi secara lugas menyebutkan harga perkenalan yang pantas untuk setiap kilogram roasted bean kopi semang yang diluncurkan oleh…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *