Kian Bergairah Mewujudkan Pusat Budidaya Puspa Harapan Ketahanan Pangan dan Kesehatan di Situs Warisan Dunia

Kelompok Perempuan Peduli Lingkungan (KPPL) Maju Bersama Desa Pal VIII, Kabupaten Rejang Lebong sama sekali tidak pernah menduga. Pamor Kecombrang, tumbuhan yang menjadi identitas KPPL Maju Bersama, terus menanjak.

Ketua KPPL Maju Bersama Rita Wati membawa pohon kecombrang untuk ditata pada 24 Oktober 2020. Foto: Intan Yones Astika

Selain ditetapkan menjadi Ikon Puspa Harapan untuk Ketahanan Pangan dan Kesehatan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, kecombrang juga dinyatakan memiliki manfaat untuk melawan Covid-19 oleh pakar dari Institut Pertanian Bogor.

Selama ini, KPPL Maju Bersama mengetahui kecombrang memiliki manfaat sebagai antioksidan, peningkat stamina, dan membantu pencegahan kanker payudara dan serviks, dua penyakit yang dianggap sebagai penyakit pembunuh utama perempuan di seluruh dunia.

Informasi bahwa kecombrang memiliki manfaat untuk melawan Covid-19 tersebut turut menyulut gairah KPPL Maju Bersama untuk menjadikan areal kemitraan konservasi antara KPPL Maju Bersama dan Balai Besar TNKS sebagai Pusat Budidaya Kecombrang di kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat/Situs Warisan Dunia.

“Semakin tidak sabar untuk mewujudkannya,” kata Ketua KPPL Maju Bersama, Rita Wati sembari melangkahkan kakinya menuju pos informasi wisata hutan Madapi TNKS, usai memeriksa perkembangan pohon kecombrang yang ditata di areal kemitraan konservasi bersama Bendahara KPPL Maju Bersama, Purwani pada Rabu (10/2/21) sore.

“Apalagi lokasinya sudah diresmikan oleh Gubernur Bengkulu (Rohidin Mersyah) yang disaksikan oleh Direktur Jenderal KSDAE (Wiratno), Kepala Balai Besar TNKS (Tamen Sitorus) dan banyak pejabat lainnya,” tambahnya sambil memasukan sebilah parang yang sempat digunakan untuk membersihkan rerumputan di sekitar pohon kecombrang ke dalam tas.

Pengurus dan anggota KPPL Maju Bersama menata kecombrang pada 24 Oktober 2020. Foto: Harry Siswoyo

Dari 10 hektar luas areal kemitraan konservasi, KPPL Maju Bersama sudah melakukan penataan pohon kecombrang seluas 2,5 hektar. Selain berswadaya, KPPL Maju Bersama juga pernah mendapatkan dukungan dari Balai Besar TNKS/UNDP Indonesia dan The Samdhana Institute untuk melakukannya. “Kalau sekarang, kami kembali berswadaya,” kata Rita Wati.

KPPL Maju Bersama juga berkeinginan membangun produk olahan kecombrang yang dimanfaatkan dari areal kemitraan konservasi di kawasan TNKS menjadi produk unggulan daerah, salah satunya adalah sirup kecombrang. KPPL Maju Bersama telah dibantu oleh Universitas Bengkulu dalam membuat formula yang tepat untuk pembuatan sirup.

Namun, KPPL Maju Bersama belum memiliki peralatan yang memadai untuk menerapkannya. “Karena tujuan membuat produk olahan kecombrang adalah membantu masyarakat, khususnya perempuan dalam menjaga kesehatan, maka kami harus bisa menjamin higienitas dan mutu produk yang dihasilkan. Dengan kondisi saat ini, kami merasa belum begitu yakin,” kata Rita Wati.

Bila Perempuan Sakit…

Menurut Rita Wati, perempuan penting untuk menjaga kesehatannya. Bila menderita sakit, perempuan cenderung akan mengalami beban pikiran yang berlipat. Tidak hanya memikirkan penyakit yang diderita, tetapi juga memikirkan beragam peran yang dimiliki, baik peran di ranah domestik, produktif dan komunitas. “Kalau sampai dirawat di rumah sakit, beban pikiran perempuan bisa semakin berlipat,” kata Rita Wati.

Selain memikirkan kehilangan pendapatan, bagi perempuan yang bekerja dengan pendapatan harian, juga memikirkan pengeluaran yang membengkak. Baik pengeluaran terkait pengobatan dan perawatan, berbagai keperluan anggota keluarga yang menemani di rumah sakit dan yang tinggal di rumah, dan lainnya. “Seperti kami, petani yang tinggal di desa, kalau bisa jangan sampai jatuh sakit,” kata Rita Wati.

Related Posts

Mengenal Kopi Semang, Kopi Dengan Harga “Launching” Rp 500 Ribu per Kg

“500 ribu rupiah,” ujar Barista KM Nol Café, Herry Supandi secara lugas menyebutkan harga perkenalan yang pantas untuk setiap kilogram roasted bean kopi semang yang diluncurkan oleh…

Perempuan Petani Kopi Ajukan Ranperdes untuk Hadapi Perubahan Iklim

Inisiatif perempuan petani kopi di Desa Batu Ampar dan Desa Pungguk Meranti menyusun dan mengajukan Ranperdes tersebut bukan tidak beralasan. Mereka telah merasakan secara nyata berbagai dampak dari perubahan iklim, dan mengkhawatirkan dampaknya akan semakin memburuk pada masa mendatang.

Gubernur Bengkulu akan Usulkan Areal Kawasan Hutan Khusus untuk Kelompok Perempuan

Gubernur Bengkulu Dr. H. Rohidin Mersyah akan mengusulkan areal kawasan hutan untuk dikelola secara khusus oleh kelompok perempuan ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

29 Kelompok Perempuan Pengelola Hutan dan Usaha HHBK akan Berdialog dengan Gubernur Bengkulu

Sebanyak 29 kelompok perempuan pengelola hutan dan usaha hasil hutan bukan kayu (HHBK) akan menyampaikan aspirasi melalui kegiatan dialog dengan para pemangku kebijakan, yakni Balai Besar Taman…

Ketika 11 Kelompok Perempuan Pengelola Hutan Berlatih Pemetaan Partisipatif Berbasis Teknologi Solutif

“Misi berhasil…,” teriak Feni yang langsung disambut dengan teriakan anggota Tim 1 lainnya, “Yes…, yes…, yes…” Teriakan tersebut merupakan luapan kegembiraan Tim 1 karena telah berhasil menyelesaikan…

Gubernur Bengkulu Harapkan Jumlah Kelompok Perempuan Pengelola Hutan Bisa Bertambah

Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah mengharapkan jumlah kelompok perempuan pengelola hutan yang berhasil mendapatkan legalitas bisa bertambah. Rohidin menyampaikan harapan tersebut setelah membaca buku Membangun Jalan Perubahan: Kumpulan…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *