Raut wajah Sekretaris dan Anggota Kelompok Perempuan Peduli Lingkungan (KPPL) Sumber Jaya Desa Karang Jaya, Wahyuni Saputri dan Mursila, dan Ketua, Bendahara dan Anggota KPPL Sejahtera Desa Sumber Bening, Roisa, Rusmawati dan Mulyani berubah menjadi sedih dan kesal. Perasaan yang berbaur itu juga tersirat dari suara yang keluar dari mulut mereka saat melihat kondisi sebagian bibit nangka dan alpukat yang tersusun rapi di delapan bedeng polibag di rumah pembibitan pada Kamis (21/1/21) sore.
Sebagian bibit terlihat mati dengan kondisi tercabut dari media tanam, tidak berpucuk lagi dan bijinya sudah tidak utuh, dan sebagiannya masih tertanam di media tanam dengan kondisi sudah tidak berpucuk lagi. Di sisa pucuk dan biji terlihat bekas gigitan. Mereka menduga tupai atau sejenis monyet yang merusak bibit. “Seperti bekas digigit hewan,” kata Rusmawati dengan suara sedikit berat. “Agak beruntung, bibit yang pucuknya rusak, tumbuh tunas baru, masih ada kesempatan tetap hidup,” tambahnya menunjuk tunas baru yang muncul dari media tanam.
KPPL Sumber Jaya dan KPPL Sejahtera merupakan dua kelompok perempuan desa penyanggah Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) di Kabupaten Rejang Lebong yang berinisiatif membangun kemitraan konservasi dengan Balai Besar TNKS dengan skema pemulihan ekosistem (restorasi ekosistem). Mereka telah mengajukan permohonan kemitraan konservasi kepada Kepala Bidang PTN Wilayah III Balai Besar TNKS, Muhammad Zainuddin pada 11 November 2020. Usai menyerahkan proposal, mereka menyusun rancangan perjanjian kerjasama, rencana pelaksanaan program dan rencana kerja tahunan bersama Kepala Bidang PTN Wilayah III Balai Besar TNKS.
Beranggotakan 46 orang perempuan, KPPL Sumber Jaya mengajukan areal calon kemitraan konservasi skema pemulihan ekosistem (restorasi ekosistem) sekitar 65,75 hektar. Sedangkan KPPL Sejahtera yang beranggotakan 43 orang perempuan mengajukan areal calon kemitraan konservasi skema pemulihan ekosistem (restorasi ekosistem) sekitar 53 hektar. Di dalam permohonan yang diajukan, KPPL Sumber Jaya dan KPPL Sejahtera menuliskan sejumlah rencana kegiatan, salah satunya menanam berbagai jenis pohon di areal kerjasama. Selain pohon kayu-kayuan endemik, mereka juga berencana menanam pohon nangka, alpukat dan lainnya.
KPPL Sumber Jaya dan KPPL Sejahtera juga telah berinisiatif membangun 1 unit rumah pembibitan dan membibitkan 3.100 nangka dan alpukat pada 18 – 19 November 2020. “Kita harus membuat bibit baru lagi sebagai bentuk keseriusan kita membangun kemitraan konservasi dengan Balai Besar TNKS untuk memulihkan ekosistem,” kata Wahyuni sambil memungut bibit nangka dan alpukat yang mati. “Iya. Kalau permohonan kita disetujui, kita bisa langsung melakukan penanaman. Setelah penanaman, kita bisa membuat bibit baru lagi,” tambah Roisa bersemangat.
Mereka memilih nangka dan alpukat bukan tanpa alasan. “Jengkol, durian, petai atau pohon buah lainnya kurang cocok. Tumbuh, tapi tidak berbuah. Kalau nangka dan alpukat sudah terbukti bisa berbuah. Kami berharap nantinya bisa memanfaatkan buah nangka dan alpukat untuk peningkatan kesejahteraan,” ujar Rusmawati. Pemilihan nangka dan alpukat juga mempertimbangkan aspek ekologi. “Selain menyerap air, menjaga tanah agar tidak erosi atau longsor, menjaga iklim mikro, mengurangi polusi udara, menyerap dan menyimpan karbon, pohon nangka dan alpukat juga bisa menjadi habitat hewan,” kata Wahyuni.
Bersepakat Membuat Bibit Lagi
Sore Sabtu (23/1/21), KPPL Sumber Jaya dan KPPL Sejahtera mengadakan pertemuan untuk menyikapi masalah bibit nangka dan alpukat yang rusak dan mati. Dalam pertemuan di rumah anggota KPPL Sumber Jaya, Sri Rahayu, mereka bersepakat untuk memperbaiki kondisi rumah pembibitan untuk mencegah hewan masuk ke rumah pembibitan, menyulam bibit yang mati dengan bibit yang baru, membuat rumah pembibitan baru, dan membuat bibit baru di rumah pembibitan yang baru. “Bertahap. Rencananya, diawali dengan membuat rumah pembibitan baru di depan rumah Ketua KPPL Sejahtera pada Kamis (4/2/21),” kata Wahyuni. (**)