Oleh: Eva Juniar Andika
Kecombrang atau unji merupakan salah satu tumbuhan yang memiliki beragam atau multi manfaat bagi masyarakat, khususnya perempuan. Baik untuk pangan, obat-obatan dan material atap pondok. Namun, khusus di Desa Pal VIII, tumbuhan ini mulai sulit ditemukan di lahan milik masyarakat akibat pemanfaatan lahan menjadi kebun kopi.
Kawasan hutan Madapi (Mahoni, Damar dan Pinus) yang merupakan bagian dari Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) menjadi habitat terakhirnya. “Saat ini, menemukan dan memanen kecombrang hanya bisa di hutan Madapi,” kata Sekretaris Kelompok Perempuan Peduli Lingkungan (KPPL) Maju Bersama Desa Pal VIII, Lisnawati pada Sabtu (30/9/17).
Bunga kecombrang biasanya dimanfaatkan untuk pangan. Olahan masakan dari bunga kecombrang juga beragam. Seperti sambal kecombrang, tumis kecombrang dan santan kecombrang yang dicampur dengan cempokak dan pakis yang juga biasanya dipungut/dipanen dari kawasan Madapi.
Sedangkan buah kecombrang biasanya dimanfaatkan untuk manisan yang menjadi pangan keluarga pada waktu senggang. “Cukup direndam dengan air yang dicampur dengan gula selama satu malam. Rasanya asam, manis dan menyegarkan,” kata Lisna. Manisan buah kecombrang juga bagus diberikan kepada anak yang mengalami masalah makan.

Sekretaris KPPL Maju Bersama Desa Pal VIII, Lisnawati menunjukan batang dan daun kecombrang di kawasan hutan Madapi. Foto: Eva Juniar Andika
Batang kecombrang juga biasa digunakan untuk obat batuk. Untuk orang dewasa, batang kecombrang yang dipotong, lalu dibakar untuk beberapa waktu. Selanjutnya, bagian dalam batang atau umbut diambil untuk ditumbuk hingga halus, dan direndam dengan air minum untuk beberapa waktu. Setelah itu, disaring untuk diambil airnya untuk diminum.
Sedangkan untuk anak-anak dan bayi di bawah lima tahun, ujung batang kecombrang yang dipotong dibungkus dengan plastik dan didiamkan selama satu malam, sehingga diperoleh air hasil penguapan. Pengetahuan tentang obat batuk dari air yang diperoleh dari batang kecombrang itu diperoleh secara turun temurun. “Sampai sekarang masih dilakukan,” kata Lisnawati.
Selain bunga, buah dan batang, penduduk Desa Pal VIII juga biasa memanfaatkan daun kecombang untuk material pembuatan atap pondok yang disebut welit. “Daun kecombrang yang diambil, lalu disusun dan ditumbuk. Atap pondok dari daun kecombrang ini bisa bertahan hingga satu tahun,” kata Lisnawati.
Bila rencana kerjasama antara pengelola TNKS dan KPPL Maju Bersama telah terealisasi, maka kegiatan budidaya kecombrang sangat potensial dilakukan. Kebun budidaya kecombrang bisa menjadi sarana wisata edukasi dan agrowisata. Pengunjung bisa memperoleh pengetahuan tentang kecombrang dan memanen bunga kecombrang. Sedangkan obat batuk dan manisan kecombrang bisa menjadi oleh-oleh khas.
Salut dengan web ini, semoga makin cepat dan tepat memberikan informasi bagi masyarakat.
Terimakasih Bu..