Oleh : Indah Purnama Sari
Keberadaan hutan pinus di kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) yang merupakan bagian dari situs Warisan Dunia di Desa Pal VIII Kecamatan Bermani Ulu Raya, Rejang Lebong bukan hanya potensial dikembangkan menjadi objek wisata. Pemanfaatan dan pengolahan getah pohon pinus juga bisa menjadi modal bagi Desa Pal VIII menjadi desa penghasil batik.
Menurut Kepala Desa Pal VIII Prisnawati, pihak TNKS telah memberikan izin kepada kelompok tani bina karya untuk memanfaatkan atau menyadap getah pinus. Kelompok tani mendapatkan pembinaan dari TNKS dengan melibatkan pihak dari pulau Jawa. “Nantinya, diharapkan kelompok tani bisa mandiri,” katanya pada Senin (3/7/2017).
Pembinaan saat ini masih pada cara menyadap getah pohon pinus. Bila kelompok tani sudah mahir menyadap, diharapkan pembinaan selanjutnya adalah cara mengolah getah pohon pinus menjadi bahan baku pembuatan batik atau gondorukem. “Kalau sudah mengetahui cara membuat bahan baku pembuatan batik, selanjutnya ibu-ibu bisa didorong untuk menjadi pembatik,” ujarnya.
Oleh karena itu, keterlibatan kaum perempuan dalam pemanfaatan dan pengelolaan getah pinus sangat penting. Sehingga, Desa Pal VIII bisa dikembangkan menjadi desa penghasil batik. “Batik yang dihasilkan bisa menjadi oleh-oleh khas dari Rejang Lebong atau Bengkulu,” tambah Prisnawati.
Bahan Bakar
Selain itu, kulit pohon pinus juga bisa menjadi bahan bakar. Sekertaris PKK Desa Pal VIII Purwanti mengatakan, tidak sedikit warga Desa Pal VIII memanfaatkan kulit pohon pinus yang dibuang penyadap getah sebagai pengganti minyak tanah. “Bisa digunakan untuk menghidupkan api. Jadi, tidak perlu membeli minyak tanah lagi,” katanya dalam diskusi belum lama ini.
Sementara itu, mengutip tulisan berjudul “Getah Pinus Salah Satu Produk HHBK Andalan” disebutkan bahwa abu sisa pembakaran kulit pohon pinus bisa untuk bahan campuran pupuk karena mengandung kalium, dan ekstrak daun pinus mempunyai potensi sebagai bioherbisida untuk mengontrol pertumbuhan gulma pada tanaman.
Indah Purnama Sari adalah anggota Komunitas Perempuan Penyelamat Situs Warisan Dunia (KPPSWD)